Sabtu, 20 September 2008

Khayalan (cerita pendek)

Kisah merupakan suatu kisah fiktif belaka, namun jika ada kesamaan ataupun memang terjadi adalah suatu kebetulan saja. Dalam kisah ini seorang pria yang berumur 30 tahunan bernama Permadi ananta pratama, beristrikan seorang sarjana sain yang mungkin ukuran saat itu, cukup dalam memahami matematika dan mengetahui banyak tentang ilmu hitung yang tentu bertolak belakang dengan suaminya berlatakang belakang ilmu social, biasanya perdebatan yang panjang dan tak kunjung selesai adalah tipe suaminya ada saja persoalan yang akan muncul jika dia yang menjadi penguji dalam suatu seminar atau ujian.

Kedua latar belakang yang berbeda dan menyatu dalam ikatan pernikahan yang tak dapat disangkal lagi. Itulah qodrah Tuhan. Bagaimanapun juga kehidupan layaknya orang memang telah didapati oleh mereka, seperti rumah dan penghasilan tetap setiap bulan yang habis dikonsumsi selama sebulan dan tak ada kata untuk menabung. Karena semua uang yang ada digunakan untuk mengembangkan usaha di depan rumahnya sebagai ganti potongan gaji oleh bank karena untuk melunasi kredit.
Dibilang cukup penghasilan memang mereka cukup bahagia walaupun terkadang suaminya, permadi ini gila bisnis dan tak pernah kesampaian apa yang telah mereka sepakati. Seperti tahun lalu permadi ingin memulai usaha distributor susu kedelai..semua telah dihitung secara matang namun diakhir cerita tak terwujud juga…saat permadi semangat untuk membuka apotik ..semua keluarganya diajak untuk menginvestasikan dana mereka..sampai kakakya yang di malasyia pun ikut namun mundur juga karena banyak persaingan dalam usaha ini.
Suatu ketika permadi berfikir alangkah beruntungnya orang-orang yang berusaha pertanian seperti keramba ikan nila dan ikan patin keuntungan terkadang lebih dari 100%..bahkan mencapai 200 %.makanya permadi tertarik ikut bisnis ini tapi dikemuadian hari setelah semuanya matang secara logis dan materi, permadipun mengurungkan niatnya untuk membuka keramba..
Semua yang ia cita-citakan hanya satu yang bertahan..yakni membuka warung isi ulang pulsa, dan saat ini telah sampai tahun yang ke 3..tidak ada yang menarik dari usaha ini namun ia telah banyak memberikan insprirasi yang dalam tentang uang, modal dan keuntungan. Bagi permadi usaha ini merupakan usaha yang pertama yang ia lakukan secara sunguh-sungguh hingga menghasilkan keuntungan tidak sedikit walaupun jika dianalisis untung laba ruginya akan menemukan kendala Karena banyaknya factor yang lain yang mengitari usaha ini, kemudahn dalam mengambil keputusan untuk investasi baru membuat si permadi mudah terpengaruh oleh usaha sampingan seperti servis Hp dan mengisi lagu..hal ini yang membuat keuntungan yang ia dapat habis untuk biaya operasionalnya, mungkin jika dia berfikir seperti sekarang keuntungan yang didapat tidak untuk konsumtif tetapi digunakan untuk penambahan investasi baru..
Pikiran yang terpengaruh untuk cepat menghasilkan uanglah mengilhami semua tindakan yang dilakukan oleh permadi, sedangkan istrinya hanya memberikan beberapa hitungan yang mungkin dapat membantu dalam analisa lebih dalam.
Bayangkan saja jika permadi dapat membangun ruko dari hasil yang ia dapat dari usaha isi ulang pulsa siapa sangka ia dikenalkan dengan distributor besar di Yokya yang mau memberikan berbagai pasilitas untuk mengakses multi pulsa, tentu ini suatu keuntungan dimana setiap transaksi lebih dari 3 juta akan mendapatkan potongan 2,5%, belum lagi setiap penambahan deposit pulsa dikenakan biaya adm Rp 5.000, dari hasil inilah selama tiga bulan permadi mengeruk untung hampir 20 jt bersih, selain itu permadi mendapatkan untung dari penjualan eceran pulsa. Hingga 2 jt tiap bulannya.
Hasil inilah dia dapat membangun ruko yang sekarang kisaran harganya 150 jt belum terhitung harga tanah saat sekarang, makanya kehidupan yang mungkin perlu disyukuri dan kalau dilihat bagaimana perkembangan kehidupan yang dirasakan oleh permadi selama hidupnya.
Dari kecil sebenarnya permadi adalah anak yang pendiam dan pemalu namun ia mempunyai kehidupan lain dan berbeda dengan kakak-kakaknya..ia adalah putra bungsu yang mungkin merasakan kehidupan penuh manja dan jarang bekerja.
Dari kecil dia hanya terpikir mempunyai sawah yang luas, mobil yang banyak dan bagus-bagus, rumah yang mahal dan segala perabot, artinya semua kelebihan dia miliki..mungkin tidak hanya ia yang berfikir seperti ini mungkin banyak dari manusia yang hidup melarat sekalipun akan berfikir tentang kehidupan yang berkecukupan tetapi ia terus berkhayal menjadi seorang konglomerat..
Saat dia masih duduk di pesantern ia bercita-cita menjadi konglomerat besar, setiap doa yang ia panjatkan tak terlepas dari berdoa untuk menjadi kaya..entah mengapa kekayaan menjadi paling pokok dalam kehidupannya? Semua harapan tertumpu pada satu kata “kaya” , dimana ia mendapatkan kekayaan? Apakah dating dan muncul dengan sendirinya? Timbul didepan rumahnya dan bahkan mungkin menjadi satu dalam setiap langkah kehidupannya.
Si kecil yang penakut dan penurut
Pagi itu, pada tahun 1977 bulan 7 tanggal 7, merupakan hari bahagia bagi keluarga ananta winata, bayi mungil kecil yang dilahirkan belum genap 9 bulan, kecil sekali sebesar botol bir, dan kuat sekali menyusuinya, semua orang terperangah melihat si bayi dan lucu dan mungkin akan memberikan perbedaan yang mendasar sifat-sifatnya.
Umur 5 tahun merupakan umur dimana ia banyak perkembangan yang akan terus muncul di usia ini.
Karena kakaknya adalah orang yang secara formal orang-orang yang jenius dan soleh, tidak ada kakaknya yang gagal dalam sekolah dan rata-rata nilai matematika tidak pernah kurung dari 6. juara di kelas dan suka main catur dan bergairah dalam beribadah..
Seperti itulah ortunya mengajarkan dari kecil, dirasakan dalam kehidupan kecilnya permadi merasakan kehidupan yang soleh dan tak suka mencampuri urusan orang lain.. meraka tak suka berbicara tentang orang seperti apa..hanya penafsiran dalam diri tanpa ada tindakan nyata untuk mengkampanyekan pribadi orang..
Sehingga mereka tumbuh besar dan menjadi orang-orang yang berhasil di dalam kehidupannya.

Hadiah dari langit
Cerita ini berawal dari suatu pagi permadi ananta winata yang biasanya berjalan menelusuri jalan rumahnya meilihat tumpukan karung yang tidak biasanya berada di depan serambi rumahnya, dia memperhatikan dengan seksama apa sebenarnya yang berada dalam karung tersebut.. ia tendang dan ia remas untuk mengetahui isi nya, ternyata tumpukan kertas kata si permadi pada karung yang pertama hingga karung yang ke 5, ia pun berfikir kalau benar kertas isinya dapat ia kilokan untuk mendapatkan uang dari karung-karungnya lumayan kalau kertas putih akan dibeli seharga 1250/kilo jika dalam 5 karung ini isinya 500 kilo ia akan mendapatkan sekitar Rp 600000, tapi kalu ternya kertas putihnya bercampur dengan Koran ia tidak mendapatkan uang sebanyak itu, bagaimana jika saya buka saja karungnya..
Permadi bergegas masuk ke dalam rumahnya untuk mengambil gunting agar mudah mengunting tali yang ,mengikat karung-karung tersebut. Tatkala ia buka karung-karung tersebut …alangkah terkejut permadi melihat isi dalam karung…bingung dia …di ambilnya satu ikatan dia masih tak percaya.lalu tangannya dimasukkan lebih dalam lagi hingga batas terdalam karung..dan diambilnya seikat lagi ternyata memang satu akruing tersebut berisikan uang pecahan 100 ribu rupiah…
Pada pembalut uang tersbut tertulis 10 juta rupiah, jika ada 1000 ikatan berarti uang tersebut bisa bernilai 10 M, permadi bergegas membawa karung-karung tersebut ke dalam rumahnya …ia panggil istrinya dan berkata adek… jangan terkejut dan bersikap biasa-biasa saja. Emang ada apa bang..sahut istrinya dengan raut muka penasaran.. lihat satu aja ya…
Ni uang 10 jt, dari mana abang dapat, Tanya istrinya kepada permadi..dari dalam karung yang ku tumpuk ini….sekali lagi jangan adek terkejut…semua karung ini ber
mendapatkan 5 karung keras di pinggir jalan dekat rumahnya..isakan uang pecahan seratus dan satu karung bisa mencapai 70 M, hitung saja semuanya…berapa jumlah semuanya..tapi kau tutup semua jendela dan pintu yang ada beserta hordennya ya..
Permadi terkulai lemas melihat uang sebanyak itu hampir 350 M..sepagi ini ia menemukan uang sebanyak itu membuat permadi dan istrinya tertengun ..tak berkata apa-apa…

Hingga hamper jam 7 mereka tertengun …lalu permadi berkata aku mau ke Jakarta saying hari ini.. tolong carikan tiket pesawatnya, apa kau mau ikut..hari ini kan hari kamis..kalau mau ikut siapa yang akan menjaga imah anak kita bang dan uang ini bagaimana..kita tak mungkin memasukkan semua uang ini ke dalam bank hari ini…,mereka akan curiga,.? Oh iya..

Lama mereka berfikir….jangan bilang sama mama dan papa, entar mereka terkejut dan menyuruh mengembalikan uang ini ke pada pihak yang berwajib..
Tapi hitung aja dulu seluruh uang ini berjumlah berapa.. abru nanti kita pikirkan mau kita kemanakan uang ini..
Saat mereka berdua menghitung berapa jumlahnya..tiba-tiba mereka menemukan amplop warna putih..buka lah kata permadi kepada istrinya..amplop di buka..ternyata surat yah kata istri permadi..lihat..apa isinya..

Kepada yth
Yang menemukan karung-karung ku

Demi tuhan aku memang sengaja menaruh karung-karung yang berisikan uang didepan rumah anda..dan saya berharap semua uang tersebut dapat dimanfaatkan untuk kehidupan kalian dan jang lupa uang-uang tersebut digunakan untuk investasi..
Jumlah uang tersebut 350 M.pergunakanlah seefektif dan seefisien mungkin ya…

Semoga bermanfaat..dan aku hanya berharap tuhan yang mebalas atas segala yang aku hadiahkan semua kekayaan ku kepada anda..
Dan jangan berharap kau menemukan akau Karena aku telah kembali ke rumah ku..

hanya sebuah khayalan

Selasa, 22 Juli 2008

Problem ekonomi masa depan prespektif ekonomi islam

A. Latar belakang.

Masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat secara prinsip berbeda-beda, baik sebab-sebab timbulnya masalah ekonomi yang berakibat metode merumuskan keputusannya pun berbeda, keputusan ini akan menentukan arah-arah kebijakan ekonomi namun penyebab yang sering kali timbul secara dominan adalah factor kebijakan (policy) ekonomi yang menjadi penyebab timbulnya masalah ekonomi.

Terkadang penyebab bisa dilatarbelakangi oleh sosiologi masyarakat, ekonomi masyarakat, perbedaan geografi, dan factor politik.

Ahli-ahli ekonomi konvensional kapitalis, sosialis maupun ekonomi Islam menyatakan bahwa penyebab utama adanya masalah ekonomi adalah masalah kelangkaan sumber-sumber daya alam dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup manusia, disamping masalah-masalah lain yang juga tidak dapat diremehkan.

Sebenarnya pembahasan ini adalah suatu upaya untuk mengetahui secara acak cara-cara masyarakat dalam mengatasi masalah ekonomi mereka. Oleh sebab itu perlunya suatu pembahasan tentang berbagai sistem ekonomi (organisasi perekonomiaan), dan sehingga dapat mengetahui bagaimana setiap system ekonomi tersebut memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam suatu perekonomian. Tentu tidak terlebah dari struktur masyarakat.

B. Pengertian Masalah Ekonomi dan factor penyebabnya.

Masalah ekonomi mula-mula difahami secara makro ekonomi adalah soal bagaimana mencapai kemakmuran suatu bangsa, namun secara mikro ekonomi lebih pada pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Tetapi kemudian bergeser menjadi masalah kemiskinan, konflik antar ras dan bangsa, akhir-akhir ini menjadi masalah kompetisi dalam mengelola sumber-sumber alam secara lestari.

Sehingga dalam memahami masalah ekonomi, manusia perlu meletakkan dalam kerangka prioritas atau urgensinya. Didukung perangkat preferensi ekonomi atas segala masalah agar tepat memilih prioritas.

Dalam bahasa ekonomi, masalah ekonomi sering kali memaknai masalah itu adalah pada kelangkaan, kata “langka” berhubungan erat dengan kata terbatas atau ekonomis sebagai lawan dari tidak terbatas atau bebas. Kelangkaan adalah masalah utama setiap masyarakat ekonomi.

Menurut ilmu ekonomi, masalah ekonomi muncul karena adanya keinginan manusia yang tidak terbatas sedangkan sumber daya yang tersedia untuk memuaskan keinginan manusia tersebut jumlahnya tidak terbatas.

Oleh sebab itu masalah ekonomi bukanlah masalah yang jarang terdapat dalam kaitannya dengan berbagai kebutuhan hidup tetapi ia timbul karena kemalasan dan kealfaan manusia dalam usahanya untuk mengambil manfaat sebesar-besarnya dari anugrah Allah SWT baik dalam bentuk sumber-sumber manusiawi maupun sumber-sumber alami.

Bagi sistem ekonomi kapitalis, problem perekonomian adalah kurangnya sumber-sumber alam untuk memenuhi tuntutan yang ditimbulkan oleh peradaban itu sendiri. Bagi sosialisme, problem ekonomi sentral adalah kontradiksi antar pola produksi dan hubungan-hubungan distribusi.

Sedangkan menurut Baqir al-sadr Islam tidak menyetujui pandangan kapitalisme karena Islam mempertimbangnkan bahwa alam memiliki sumber-sumber yang berlimpah bagi manusia. Islam juga tidak menyepakati pandangan sosialis dalam hal bahwa masalahnya terletak bukan pada bentuk-bentuk produksi, namun pada faktor manusia itu sendiri.[1]

Masalah ekonomi muncul karena adanya distribusi yang tidak merata dan adil sebagai akibat system ekonomi yang membolehkan exploitasi pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah. Yang kuat memiliki akses terhadap sumber daya sedangkan yang lemah tidak memiliki sehingga menjadi sangat miskin, karena itu masalah ekonomi bukan karena sumber daya yang terbatas, tetapi karena keserakahan manusia yang tidak terbatas.

C. Evolusi Masalah-Masalah Ekonomi Dan Pandangan Mengatasinya.

1. Masalah Ekonomi Pada masa Rasululah

Misalnya masalah ekonomi dalam Ekonomi Islam telah diisyaratkan oleh Rasulullah dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari sahanat Zubair Bin awwam. "Bahwa seorang kamu membawa tali (pada pagi-pagi) pergi berangkat mencari dan mengerjakan kayu api ke bukit-bukit maka dijualnya dimakannya dan disedekahkanya lebih baik lagi daripada dia hidup meminta-minta kepada manusia lainnya " (HR.Bukhori dan Muslim). Contoh yang sangat sederhana dan primitif itu, Nabi dapat menegaskan so'al-so'al ekonomi di dalam segenap bahagianya. Mengerjakan kayu Api, adalah berarti berusaha menambah Produksi. Berusaha menjualnya adalah mengerjakan Distribusi. Memakannya adalah berarti memenuhi Konsumsi. Mensedekahkanya adalah mengerjakan rencana social.

2. Pandangan Pemikir Ekonomi Konvensional tentang Masalah ekonomi.

3. Pandangan Pemikir Muslim tentang Masalah Ekonomi.

4. Masalah Ekonomi Di Indonesia dan upaya mengatasinya dalam prespektif ekonomi Islam.

Agama Islam yang bersumber pada wahyu Ilahi dan Sunnah rasul mengajarkan kepada ummatnya untuk berusaha mendapatkan kehidupan yang baik di dunia yang sekaligus memperoleh kehidupan yang baik di akhirat. Memperoleh kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat inilah yang dapat menjamin dicapainya kesejahteraan lahir dan bathin[2]. Dengan demikian kesejahteraan yang hendak dicapai itu adalah sebagaimana difirmankan Allah SWT :

ربنا أتينا في الدنيا حسنة وفي الأخرة حسنة وقينا عذاب النار (البقرة: ٢٠١)

“Dan diantara mereka ada yang berdo’a: Ya Tuhan Kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka” (QS 2:201)

Dalam ayat di atas tampak sekali dua dimensi kesejahteraan dalam masyarakat Islam, antara kesejahteraan dan kemakmuran dunia dan akhirat, serta dalam mengapai kesejahteraan dan kemakmuran di dunia harus berorientasi pada makna dan tujuan manusia diciptakan sebagai khalifah di atas bumi maka fungsi khalifah atau penganti peran Allah SWT di muka bumi harus menjaga keseimbangan dunia dan berbuat dalam kerangka untuk meningkatkan kesejahteraan manusia bukan untuk individu-individu tertentu dalam masyarakat, bila keseimbangan tak dijalankan akan berakibat pada ketidakseimbangan sosial yang akan menghantarkan pada Sosial-chaos[3], oleh sebab itu kerangka kebijaksanaan yang berdimensi kemanusiaan dirumuskan dalam frame kesejahteraan dunia dan akhirat, sehingga di setiap usaha, pekerjaan, keputusan dan kebijakan berangkat dari nilai-nilai kemanusian dan bertindak dengan memikirkan akibat yang nyata bagi kemaslahatan manusia, si pembuat kebijakan akan merumuskan kebijakan dalam kerangka pengabdian pada Allah SWT bukan pada kerangka keuntungan relatif malah justru yang dikejar adalah keuntungan absolut di akhirat.[4] Sebagaimana dalam Al-Qur’ân Allah SWT Tegaskan:

إني جائل فالارض خليفة (البقرة : ۳۵) لا تفسد في الارض بعد إصلئها (البقرة )

وما خلقت الجن والإ نس الا ليعبدون

Akan dapat dilihat konsistensi antara konstitusi sebagai pijakan merumuskan kebijakan dengan pelaksanaan pembangunan dalam masyarakat telah dibahas para pakar di daerah ini, dan bahkan sering diulang selama 25 tahun terakhir oleh berbagai penulis. Misalnya antara konsep tentang pemenuhan kebutuhan dasar (basic needs) vs maksimisasi kepuasan keinginan (maximizing satisfaction of wants). Niat baik mereka patut dihargai walaupun antara penulis yang satu dan yang lainnya masih terdapat kontroversi dalam menempatkan paradigma Neo-klasik dan Marxist dalam pembangunan bangsa yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Ini patut dimaklumi karena kita pada periode itu sedang sibuk-sibuknya mengangkat ekonomi yang didasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dihadapkan pada implementasi pembangunan yang sedang berlangsung yang dinilai tidak mengaitkan secara tegas pasal-pasal dalam UUD 1945 yaitu nilai-nilai moral dalam pembangunan.[5]

Selanjutnya, pasal 33 tercantum (1) perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan (2) cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara (3) Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat.[6]

Apabila kita renungkan kembali UUD 1945, maka keberhasilan pembangunan dicirikan oleh: Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Ini berkaitan dengan tuntutan untuk melangsungan hidup dan kehidupan warga bangsa (life, property, posterity) [7]. Rinciannya sebagai berikut:

1. Semakin sehat jasmani dan ruhaninya. Ini berkaitan dengan tuntutan untuk beragama dan melaksanakan ajaran agamanya. Sasarannya pada kualitas iman dan taqwanya.

2. Siap mental dan fisik dalam bela negara. Ini berkaitan dengan hasrat untuk membela tanah air, karena cinta tanah air adalah bagian dari iman.

3. Cukup pendidikannya. Ini berkaitan dengan tuntutan tingkat pendidikan minimal yang dapat dijangkau oleh orang seorang. Sasarannya pada kualitas ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasainya.

4. Berakses kokoh dalam lembaga sosial, ekonomi, dan politik.

5. Berperan aktif dalam melakukan kontrol sosial, dan

6. Semakin menurunnya jumlah fakir miskin dan anak-anak terlantar.

Tiga ukuran yang tersebut terakhir adalah berkaitan dengan keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan, meningkatkan produktivitas, kesejahteraan dan efisiensinya.

Masalah ekonomi yang timbul di Indonesia adalah

1. Persoalan kesejahteran ekonomi masyarakat yang diindikasikan dengan meningkatnya pendapatan, konsumsi masyarakat, dan meningkat pula tabungan masyarakat.[8] Namun disisi lain tidak terjadi kesenjangan ekonomi antara si kaya dan miskin yang sangat serius.

2. Persoalan praktek bisnis sektor property yang akan mengakibatkan modal akan berkutat dalam sektor bisnis property padahal bila terlalu berlebihan akan mengakibatkan terganggu ekosistem sosial Jambi, misalnya rawan banjir sebagaimana yang terjadi di Jakarta utara dimana sebuah real estate tidak mengindahkan ekosistem social yang berakibat banjir terjadi. Bahkan secara ekonomis akan mematikan sektor pertanian dan perkebunan yang sebut saja usaha kecil dan menengah.[9]

3. Persoalan pengelolan sumber daya alam baik hutan produksi maupun hutan wisata, bagaimana pengembangannya dalam sistem ekonomi Islam.[10]

Masalah-masalah ekonomi terjadi evolusi, yang disesuaikan dengan fakta timbulnya pertumbuhan dan perkembangan masyarakat ekonomi baik sejarah perkembangan masyakaratnya, maupun dilatakbelakangi oleh kontekstualisasi tradisi masyarakat yang mengikat cara hidup (kebudayaan) suatu masyarakat. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam sebab, misalnya Karl Mark membagi kepada 5 pase perubahan dalam masyarakat ekonomi yang itu semuanya dilatarbelakangi oleh pemikiran filsafat matrealis dialektika-Historisnya yakni ada masa komune primitif, masa perbudakan, masa feodalis, Masa kapitalis, Masa Kamunis Maka dalam kegiatan ekonomi modern adalah sambungan sejarah perkembangan ekonomi pra-modren. Karena semua peradaban manusia sebenarnya telah memiliki banyak cara untuk melakukan muamalah atau memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Di dalam Kegiatan ekonomi tersebut meliputi pada 3 (tiga) corak kegiataan yaitu produksi, konsumsi, dan perdagangan (distribusi).

Dengan corak kegiatan ekonomi ini akan dapat tampak berbagai masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat. Seperti halnya ahli-ahli ekonomi telah dapat membagi berbagai masalah ekonomi yang dihadapi manusia kepada beberapa masalah pokok yang disimpulkan dari tiga corak di atas. Tetapi kebanyakan masalah yang wujud dalam masyarakat dapat digolongkan kepada salah satu daripada beberapa masalah pokok berikut ini: Karena semua peradaban manusia sebenarnya telah memiliki banyak cara untuk melakukan muamalah atau memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Di dalam Kegiatan ekonomi tersebut meliputi pada 3 (tiga) corak kegiataan yaitu produksi, konsumsi, dan perdagangan (distribusi).

Dengan corak kegiatan ekonomi ini akan dapat tampak berbagai masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat. Seperti halnya ahli-ahli ekonomi telah dapat membagi berbagai masalah ekonomi yang dihadapi manusia kepada beberapa masalah pokok yang disimpulkan dari tiga corak di atas. Tetapi kebanyakan masalah yang wujud dalam masyarakat dapat digolongkan kepada salah satu daripada beberapa masalah-masalah pokok berikut ini :

1. Apakah barang yang harus diproduksikan dan berapa banyaknya?

Persoalan pertama ini adalah persoalan yang maha penting karena ia merupakan faktor yang terutama yang akan menentukan bagaimana pengunaan sumber-sumber daya. Akibat tidak langsung daripada ketidakmampuan sumber-sumber daya yang tersedia untuk memproduksikan semua barang yang diperlukan masyarakat. Sehingga dilakukan pilihan-pilhan prioritas mana saja dari sumber-sumber daya yang sangat perlu untuk digunakan dalam system ekonomi Islam barang-barang yang diproduksi adalah barang-barang yang halal. Karena semua sumber daya ekonomi adalah ciptaan Allah SWT buat manusia dan manusia berhak untuk memproduksinya demi memenuhi kebutuhan hidupnya.

Asalkan dalam produksi tidak melampaui batas sehingga dalam berproduksi harus dilandasi atas kebutuhan dan tidak tabzir sehingga hanya demi kemaslahatan umum saja. Bahkan barang yang haram tidak dibolehkan untuk diproduksi

2. Dengan cara bagaimana barang-barang diproduksikan ?

Barang yang diproduksi haruslah atas dasar etika dan moral. Dan yang terpenting adalah untuk menjaga sumber daya alam Namun dalam suatu criteria ekonomi suatu barang yang diproduksi haruslah efisiensi, yang mana tidak hanya terbatas kepada masalah efisiensi dari segi tehnik tetapi juga harus memperhatikan besarnya jumlah permintaan. Tetapi criteria efisiensi dalam suatu maslah ekonomi adalah harus memenuhi salah satu criteria dibawah ini:

a. Minimalisasi biaya untuk memproduksi jumlah yang sama.

b. Maksimalisasi produksi dengan jumlah yang sama.

3. Untuk siapa barang-barang diproduksikan ?

Barang yang diproduksi bertujuan untuk dua hal di bawah ini : Mewujudkan swasembada individu sehingga akan terpenuhi kebutuhan hidup yang cukup. Mewujudkan swasembada masyarakat sehingga masyarakat memeliki kemampuan pengalaman serta metode untuk memenuhi segala kebutuhannya baik materi dan spritual.Masalah ekonomi dalam semua system ekonomi pada hakikatnya adalah sama namun pendekatan yang berbeda dalam berbagai mazhab ekonomi bahkan dalam sistem ekonomi Islam meliputi apa yang diproduksi, bagaimana memproduksinya, untuk siapa diproduksi, bagaimana pembagian barang-barang tersebut sepenjang waktu dan bagaimana menjaga pemeliharaaan dan pertumbuhan system yang bersangkutan. Namun dari penyebab timbulnya masalah ekonomi tersebut ada pula masalah yang riel dari pada masalah ekonomi yakni :

ü kemiskinan (needy and poorness)

ü Pengangguran (Jobless)

ü kesenjangan sosio ekonomi (Sosio-economi gap).

Dalam system ekonomi kapitalis sumber masalahnya adalah scarcity of means versus infinity of needs. Sedangkan dalam ekonomi Islam sumber masalahnya adalah Individual ownership dan strafikasi social. Dalam ekonomi islam pangkal masalahnya adalah suul tadbir lil mawarid salah urus atas sumber daya ekonomi yang tersedia. Ini diakibatkan oleh kejahilan dan kezaliman manusia.

D. Cara Mengatasi Masalah Ekonomi.

Untuk mengatasi masalah ekonomi ada beberapa cara sebagai berikut: pertama, Maksimalisasi tingkat pemanfaatan sumber-sumber ekonomi, Sumber daya adalah anugrah yang Allah karuniakan kepada hambanya, untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dan dapat untuk digunakan seperlunya dan tidak mubazir, tamak, rakus dan sesuai dengan kebutuhannya.

Kedua, Menimalisasi kesenjangan distributif. Kesejangan sering terjadi antara kaya dan miskin, yang lebih disebabkan oleh ditribusi yang tidak merata. Sehingga dalam ajaran ekonomi Islam ihtikar sangat dikecam sebagaimana dalam surah al-Hutamah dan suarah al-Hasyr ayat 7 : "kekayaan itu tidak beredar hanya dikalangan orang-orang kaya di antara kamu saja ". Hal ini juga di perkuat oleh pendapat Abu Dzar, seorang sahabat Rasulullah, ia berpendapat, tidak benar seorang muslim memeliki kekeyaaan melebihi kebutuhan keluarganya.

Ketiga, Melaksanakan aturan-aturan permintaan oleh unit-unit ekonomik Salah satu bagian integral dari kesatuan politik umat Islam adalah lembaga Hishbah. Peranananya, adalah melaksanakan pengawasan terhadap perilaku sosial, sehingga mereka melaksanakan yang benar dan meninggalkan yang salah.

E. Faktor-faktor yang berpengaruhi masalah ekonomi

Dalam masalah ekonomi faktor yang mempengaruhinya adalah Tanah dan sumber alam yang tersedia, karena soal kuantitas yang banyak tidak selamanya mampu untuk mengatasi kebutuhan dari masalah ekonomi. Oleh sebab itu Islam melarang tabzir, ihtikar, dan tamak, sehingga pengunaan sumber-sumber daya atas dasar kepentingan semua. Bukan kepentingan individu dan kelompok. Sifat seperti itu tidaklah boleh melekat pada manusia sebagai pemegang amanat.

Di dalam masyarakat, faktor-faktor produksi yang tersedia relatif terbatas jumlahnya. kemampuannya untuk mengatasi masalah ekonomi jauh lebih rendah daripada keinginan masyarakat tersebut. Seperti halnya India, keadaan ketidaseimbangan ini lebih nyata terlihat.

Keahlian keusahawanan, Masalah keterampilan dan keahlian yang mereka miliki untuk mengatasi maslah ekonomi yang perlu dipertanyakan.[1]

Modal, modal juga merupakan faktor yang mempengaruhi masalah ekonomi, modal untuk memodernkan alat produksi dan untuk mendatangkan sumber-sumber daya ekonominya.

Mencermati kelangkaan.

Kelangkaan atau kekurangan dalam bahasa ekonomi disebut dengan scarcity, hal ini sering berlaku sebagai akibat dari ketidak seimbangan antara kebutuhan masyarakat dengan faktor-faktor produksi yang tersedia dalam masyarakat.

Sedangkan dalam terminology arab tentang kelangkaan (al-nudrah), dan hal-hal yang terkait dengannya, ekonomi konvensional telah membatasi makna dan arti kelangkaan yang dimaksudkan. Sehingga batas-batas yang ditetapkan, tidaklah mencakup seluruh sumber-sumber daya yang ada secara kuantitas dan atau apa adanya namun juga hubungnnya dengan kebutuhan atau keinginan manusia. Jadi, bukan substansi yang mutlak. Dalam teori ekonomi berbahasa Arab, dengan istilah al-Nudrah al-nisbiyah (relatif scarcity). Dengan demikian, kaidah atau kriterium ekonomi konvensional yang menyatakan bahwa berbagai sumber daya yang ada itu relatif langka, ternyata hanya berdasarkan atau hanya dengan melihat perbandinganantara sumber daya dan berbagai kebutuhan serta keinginan manusia. Dimana fenomena kelangkaan, ini secara jelas dapat dilihat pada masalah harga atau kemampuan membeli seseorang. Maka kaum konvensionalis meyakini bahwa tidak akan ada kelangkaan barang tanpa harga. Dan tidak akan apernah ada harga tanpa kelangkaan itu tidak pernah ada atau lenyap, maka harga-harga barngpun secra otomatis akan ikut menghilang. Kebutuhan masyarakat adalah keinginann masyarakat untuk mengkonsumsi barang dan jasa. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor-faktor produksi adalah benda-benda yang disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa dengan kata lain faktor-faktor produksi adalah sumber-sumber daya ekonomi. Kebutuhan manusia yang tidak terbatas dan sumber untuk memenuhi kebutuhannyapun juga tak terbatas sebab manusia memiliki nafsu untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan nafsu besar tanpa ada kemampuan mengelola, memanfaatkan sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhannya.


[1] Muhammad Baqir As-Shadr, Iqtisoduna, 1970hal. 307

[2] Karnaen A Poerwataadmaja, Membumikan Ekonomi Islam Di Indonesia,(Jakarta:Usaha Kami: 1996) hal.210

[3] Al-Gore, Earth In The Balance: Ecology And Human Spirit, (Hougton Mafflin: USA, 1992) diterjemahkan oleh Mukhtar Lubis, Bumi Dalam Keseimbangan: Ekologi Dan Semangat Manusia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994) hal 223

[4] Ziaudin Ahmad, Al-Qur’ân: Kemiskinan Dan Pemerataan Pendapatan, (Yokyakarta: PT Dana Bakti Prima Press, 1998) cet. 1, hal.18-20

[5] Murasa sarkaniputra, Pengantar Ekonomi Islam,(Jakarta:1997) hal. 61

[6] Masri Singarimbun, Penduduk dan Perubahan, (Yokyakarta, Pustaka Pelajar, 1996) hal 150.

[7] Ibid,. hal 62

[8] Umar Chapra, The future Of economics: An Islamic perspectif, (Jakarta: SEBI:2001) hal 162-163

[9]lihat Jambi ekpress tanggal Agustus 2002

[10] loc.cit. Murasa Sarkaniputra, dalam makalah tahun 2003, HUTANKU, HUTANMU, HUTAN KITA SEMUA

Rabu, 28 Mei 2008

BBM lagi..BBM LAgi

Sepertinya tiap beberapa semester ini kita  merasa kenaikan harga bahan bakar minyak...walu demikian dengan pro dan kontra  yang  ada, dirasa belum cukup untuk menyelesaikan persoalan bangsa kita..
masyarakat pada antri membeli minyak bensin pada detik-detik  akan dinaikkannnya harga BBM.. terus terang mereka hanya  korban yang sporadis menanggapi BBM, mereka masyarakat kita ternyata masih mengingingkan present konsumsi ketimbang future konsumsi..
seharusnya masyarakat melihat bahwa future konsumsi adalah wujud dari peningkatan pendapatan kita ...
walaupun BBm bisa naik..kalau sektor riil kita menguat maka kemungkinan peningkatan pendapatan pun akan menjaga future konsumsi kita ..pemerintah dalam hal ini telah berupaya untuk mengulur waktu kenaikan harga BBM, dalam rentang waktu yang cukup seharusnya pemerintah mampu menginvestasikan sebagi APBN untuk menutupi surplus kebutuhan masyarkat pada BBM...
ya pemerintah kan kumpula orang-orang pintar yang mesti diupayakan adalah menembus kebuntuan yang terjadi pada sektor ekonomi masyrakat. sedari dulu tak pernah naik kelas..
walaupun rapor tak merah ..dan sebagian ada yang memperoleh raport yang jelek.. perlu pertimbangan bagi pemerintah..
wassalam ..

Jumat, 23 Mei 2008

formulir beasiswa

" FORD FOUNDATION
INTERNATIONAL
FELLOWSHIPS PROGRAM
DI INDONESIA" IIEF
FORMULIR PRA-PENDAFTARAN BEASISWA IFP
Sedapat mungkin ketiklah atau tulislah dengan huruf cetak yang jelas. Apabila tempat yang tersedia tidak cukup, gunakanlah halaman atau kertas tambahan.
I. Informasi Pribadi
Nama lengkap : SUCIPTO
Alamat surat : JL KS TUBUN RT:06 NO:08 SEI.KAMBANG TELANAI PURA
(lengkap) Kabupaten/Kotamadya : JAMBI
Propinsi : JAMBI Kode Pos : 36122
Telepon rumah : 0741-667561 Telepon kantor :
E-mail (jika ada) : mulia_cipto27@yahoo.com Faksimil :
Telepon genggam : 85266334327 Tempat lahir : JAMBI
(jika ada) Tanggal lahir : 14 / MEI /1977
Jenis kelamin : Laki-laki v Perempuan (tanggal/bulan/tahun)
Kewarganegaraan : Status : Belum menikah
Suku daerah : Menikah
Bahasa ibu : Janda/Duda
Pendidikan terakhir : Ayah Ibu Jumlah anak (jika ada) : 1
Apakah memiliki cacat fisik? Ya Tidak V Jika ya, harap jelaskan: ANAK KANDUNG
Pernah daftar IFP sebelumnya: Belum V Pernah
Jika pernah, berapa kali : Tahun/Tahap seleksi terakhir:
II. Informasi Beasiswa
1. Gelar yang ingin dicapai : V Master/Magister Doktor/Ph.D.
2. Berikanlah angka pada bidang ilmu yang diminati, sesuai dengan prioritas Anda (maximum 3 bidang):
Pengembangan Masyarakat Media
Keuangan Pembangun dan dan Sekuritas Ekonomi 1 Agama, Masyarakat dan Budaya
2 Pengembangan Angkatan Kerja Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi
Lingkungan dan Pembangunan 3 Masyarakat Madani
Kesenian dan Budaya Pemerintahan
Pendidikan dan Keilmuan Hak Asasi Manusia
3. Bidang studi yang diminati (harap melihat lampiran : 1
bidang studi untuk lebih spesifik) 2
3
III. Latar Belakang Pendidikan
Tulislah nama perguruan tinggi tempat Anda pernah kuliah (mulailah dari yang terakhir) pada kolom berikut.
Universitas/Institusi Kota/Negara "Jangka Waktu Studi
(tahun dan bulan)" "Ijazah Diperoleh
(tanggal/bulan/tahun)" Spesialisasi Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA/INDONESIA 2 TAHUN/1 BULAN EKONOMI ISLAM 3,13
IAIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI/INDONESIA 5 TAHUN/0 BULAN MUAMALAT/ EKONOMI ISLAM 3,06
IFP - VIII/FORMULIR PRA-PENDAFTARAN-1/2
IV. Pengalaman Kerja
1. Isilah daftar pengalaman kerja di bawah ini mulai dari yang terakhir.
"Lembaga/
Perusahaan" Kota/Negara Jabatan Tanggung Jawab "Lama Bekerja
(bln/thn - bln/thn)"
IAIN STS/ JAMBI/INDONESIA SEKRETARIS JURUSAN MUAMALAT 02-2007-SAMPAI SEKARANG
2. Apabila Anda dan/atau suami/istri dan/atau orangtua/wali bekerja, tuliskanlah di bawah ini jumlah penghasilan per bulan Anda, suami/istri dan orangtua/wali Anda.
Penghasilan Tetap Tidak Tetap "Harap jelaskan jika sumber penghasilan tidak tetap
(warisan, proyek, penjualan aset, dll)"
Jumlah Tanggal Jumlah Tanggal
Pribadi RP 1600000 1 RP 1000000 1 BERDAGANG
Suami/Istri RP 3000000 1
Orangtua/Wali RP 4500000 1
3. Tuliskan daftar kegiatan, penghargaan/prestasi, publikasi dan beasiswa yang pernah Anda peroleh.
"Aktivitas sosial
(jelaskan secara spesifik peranan Anda dalam aktivitas sosial)" KOORDINATOR CABANG JARINGAN MASYARAKAT PEMANTAU PEMILU INDONESIA (JAMPPI) KERINCI TAHUN 1999, WAKIL KETUA PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA CABANG JAMBI 2000-2001, KETUA DEWAN LEGISLATIF MAHASISWA INSTITUT (DLMI) 2000-2001, SEKRETARIS PEMUDA RT:08 KELURAHAN SIMPANG III SIPIN JAMBI TAHUN 2004
"Penghargaan/
Prestasi"
Publikasi ARTIKEL PADA MEDIA LOKAL JAMBI EXPRESS YANG BERJUDUL MASIH ADAKAH HARAPAN BAGI MASYARAKAT JAMBI BAGIAN BARAT, TAHUN 2004, AGAMA RAKYAT VERSUS AGAMA BORJUIS, TAHUN 2002, ZAKAT: GAP ANTARA KAYA DAN MISKIN, TAHUN 2007, PADA JURNAL AR-RISALAH FAKULTAS SYARI'AH IAIN STS JAMBI : ANALISIS STRUKTURAL KEBIJAKAN INVESTASI DAN PENGANGURAN DI JAMBI, TAHUN 2006
Beasiswa
Lain-lain (bila ada)
Sumber informasi IFP Alamat pengiriman Formulir Prapendaftaran IFP
(pilih salah satu) Beasiswa IFP
V Internet The Indonesian International Education Foundation (IIEF) Telepon: (021) 8317330
Institusi Menara Imperium Lt. 28 Suite B Email: ifp@iief.or.id
Media Massa Jl. HR Rasuna Said Kav. 1, Kuningan Website: http://www.iief.or.id/ifp.html
Lain-lain Jakarta 12980
IFP - VIII/FORMULIR PRA-PENDAFTARAN-2/2

Selasa, 13 Mei 2008

STRUCTURALIS ANALISIS INVESTASI DAN PENGANGGURAN DI JAMBI SUATU KAJIAN EKONOMI ISLAM
A. Pendahuluan
Salah satu tujuan yang penting dalam pembangunan ekonomi adalah tersedianya lapangan kerja yang cukup untuk mengejar pertambahan angkatan kerja, lebih bagi negara berkembang, terutama Jambi, di mana pertumbuhan angkatan kerja lebih cepat dari pertumbuhan kesempatan kerja. Ada beberapa faktor mengapa hal tersebut lebih menonjol atau penting bagi Jambi.
Pertama, pertumbuhan penduduk di Jambi berkembang cenderung relative tinggi, sehingga cenderung melebihi pertumbuhan kapital.
Kedua, demografi profil lebih muda, sehingga lebih banyak penduduk yang masuk kelapangan kerja.
Ketiga, struktur industri di Jambi, yang cenderung mempunyai tingkat diversifikasi kegiatan ekonomi rendah, serta tingkat ketrampilan penduduk yang belum memadai, membuat usaha penciptaan lapangan kerja menjadi semakin kompleks. Dalam kondisi pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi (diatas 8%) maka penciptaan lapangan kerja baru akan mampu memenuhi tambahan angkatan kerja, ini yang terjadi di Jambi sebelum tahun 1990 s/d 1997.
Namun dengan adanya krisis moneter, di mana tercatat pertumbuhan ekonomi Jambi negatip, yaitu menurut perkiraan BPS, tahun 1998 pertumbuhan antara –13,6% s/d –15% dan tahun 1999 pertumbuhan antara –2% s/d –5,1%, akan membuat industri yang ada tidak mampu menciptakan kesempatan kerja yang baru untuk menampung tambahan angkatan kerja. Ada beberapa faktor yang membuat industri mengalami kesulitan dalam upaya meningkatkan kesempatan kerja.
Pertama, naiknya suku bunga pinjaman membuat investor menunda untuk melakukan investasi baru.
Kedua, krisis keuangan yang diikuti dengan ketidakstabilan politik membuat kepercayaan investor atau depositor terhadap industri perbankan di Jambi mencapai titik terendah, sehingga terjadilah kapital flight.
Ketiga, meskipun turunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang lainnya, mampu meningkatkan daya saing produk nasional di pasar international, namun kenyataannya nilai eksport Jambi tidak mengalami peningkatan yang tajam.
Akibat dari hal tersebut adalah kapital formation tidak terbentuk, bahkan cenderung negatif. Penciptaan lapangan kerja tidak terjadi, bahkan yang terjadi adalah meningkatnya pengangguran mengingat banyak perusahaan yang mengurangi aktivitas produksinya atau bahkan menutup usahanya, perusahan-perusahan yang beroperasi tahun 1997 di Jambi hampir 100 buah perusahan dan terus menurun sampai tahun 2002.
Pengembangan investasi di Provinsi Jambi hingga kini masih menghadapi tiga kendala, sehingga realisasi yang dicapai baik Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) masih relatif kecil.
Pengamat ekonomi Prof Dr H.M. Rachmad R SE ME , pada Sosialisasi tahun Investasi Indonesia 2003 di Jambi, mengatakan, realisasi investasi yang dicapai oleh Provinsi Jambi selama 2002 dirasakan masih sangat kecil. "Hal itu disebabkan tiga kendala yang menghambat, dan perlu segera diperbaiki jika Jambi ingin mencapai target investasi yang diharapkan".
Tiga kendala itu meliputi kondisi infrastruktur yang belum mendukung, birokrasi dan peraturan daerah yang masih menghambat, serta masih lemahnya promosi . Pada tahun 2002 pencapaian investasi PMDN dan PMA di Jambi hanya sebesar 29 persen, atau senilai Rp 8,830 triliun dari target Rp 30,336 triliun.
Investasi yang dilakukan PMDN pada 2002 terfokus pada sektor perkebunan, industri perkayuan dan industri pulp, sedangkan PMA hanya terfokus pada perkebunan sawit.
Pemerintah Provinsi Jambi jika ingin mencapai target investasi yang diharapkan, perlu kebijakan dan pengembangan untuk meniadakan kendala eksternal yang dihadapi para calon investor itu.
Fokus dari kebijakan pengembangan itu yakni menyiapkan infrastruktur, menyederhanakan birokrasi dan peraturan, serta meningkatkan pelayanan informasi dan promosi, untuk berhasilnya kebijakan pengembangan investasi, juga perlu kiat sukses mengembangkan investasi yang bersifat proaktif.

B. Pengertian Struktural.
Kata struktur berasal dari bahasa latin structure yang berarti bangunan atau stuere yang berarti menyusun, Jean Pieget dalam structuralism menyebutkan adanya tiga ciri dari struktur, yaitu, pertama, wholeness (keseluruhan), keseluruhan ialah suatu koherensi (keterpaduan), Susunan struktur itu sudah lengkap dan struktur bukan semata-mata terdiri dari kumpulan unsur-unsur yang lepas.
Adanya perbedaan antara keseluruhan dengan unsur-unsurnya yang pertama adalah keutuhannya sedangkan yang kedua adalah elemen-elemen yang membentuk keseluruhan itu, unsur-unsur dari sebuah struktur tunduk kepada hukum yang mengatur keseluruhan system itu. Hukum yang mengatur sebuah struktur tidak dapat disusutkan ke dalam penjumlahan dari hukum yang mengatur satu demi satu unsur-unsurnya. Unsur-unsur tidak berdiri sendiri secara terpisah, tetapi menjadi milik sebuah struktur.
Kedua, transformation (perubahan bentuk), struktur itu tidaklah statis, karenanya gagasan mengenai perubahan bentuk itu menjadi penting, struktur mampu memperkaya diri dengan menambah bahan-bahan baru.
Ketiga, self-regulation (mengatur diri sendiri), penambahan unsur-unsur baru tidak pernah berada di luar struktur tetapi tetap memelihara struktur itu. Dengan demikian, sebuah struktur itu melestarikan diri sendiri dan tertutup dari kemungkinan pengaruh luar.
Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa struktur ialah pola-pola organisasi yang mantap, yang luas, stabil dan yang mampu untuk meneruskan diri (self reproducing). Seseorang lahir dalam suatu, atau lebih tepat dalam berbagai struktur social, atas kekuatan sendiri ia tak mampu menguasai atau mengubah struktur itu.
Struktur itu juga merupakan sebuah system tranformasi-tranformasi yang memuat kaidah-kaidahnya seperti totalitas, dan kaidah-kaidah yang menjamin otoregulasinya, segala bentuknya. Perrouk mendefenisikan struktur dengan “perbandingan dan hubungan-hubungan yang mencirikan sebuah himpunan ekonomi yang terlokalisir dalam waktu dan ruang”.
Tinbergen melihat dalam struktur ekonomi “pertimbangan akan sifat-sifat yang tidak langsung dapat diamati mengenai cara reaksi ekonomi terhadap perubahan-perubahan tertentu”, dalam ekonometrika sifat-sifat ini dinyatakan dalam istilah-istilah koefesien dan himpunan koefisien-koefisien ini memberikan informasi ganda” ia memberikan sebuah gambaran arsitektural tentang ekonomi, di satu pihak, ia menentukan arah reaksi-reaksinya terhadap varisasi-variasi tertentu.
Pola structural biasanya sering disebut dengan pola hirerarki di dalam suatu masyarakat, pola diskriminasi, termasuk diskriminasi rasial, sifat dualistis di dalam suatu masyarakat, dan pola-pola ketergantungan yang timpang dalam pembagian kekuatan-kekuatannya dan ekploitatif sifatnya.
Untuk analisa structural, Parsons menyatakan: “analisa structural harus menempati prioritas khusus dalam penganalisaan tentang proses dan perubahan social, orang tak perlu mengembangkan analisa lanjutan terhadap proses-proses utama perubahan social untuk dapat membuat pernyataan-pernyataan umum tentang pola structural teori evolusi”
C. Struktur Investasi, Kesempatan kerja dan Pengangguran Di Jambi.
1. Struktur Investasi
Investasi di Jambi dari tahun 1997-2001 telah mencapai nilai 7,4 triliun rupiah dengan menyerap tenaga kerja 61 ribu orang tenaga kerja, Peningkatan investasi PMDN telah mencapai pertumbuhan lebih 40 % dari tahun 1997.
Tabel 16
Pertumbuhan investasi PMDN Jambi tahun 1997-2001
Tahun Pertumbuhan dalam %
1997-1998 4,8
1998-1999 4,6
1999-2000 6
2000-2001 6,4
2001-2002 8.7
Diolah dari sumber data badan statistik Jambi
Pertumbuhan PMD di Jambi dari tahun 1997-2001 telah mencapai 8,7 % di tahun 2001-2002, naik 2,3 % dibanding tahun sebelumnya, hal ini menarik untuk disimak bahwa secara nominal peningkatan investasi harus juga dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja di Jambi, sebab masalah ini adalah masalah yang sudah lama yang tidak memungkinkan untuk ditinggalkan dan menyangkut kesejahteraan masyarakat, banyak persoalan lain yang akan timbul jika belum selesainya masalah pengangguran.
Secara struktur produksi, investasi di Jambi dalam tahun 2001 dapat dikategorikan menjadi 3 struktur produksi, pertama, kelompok primer yang meliputi pertanian dengan nilai investasinya nol untuk tahun 2001, perikanan dan kehutanan bernilai investasi 24.280,81 milyar, produksi sekunder meliputi pertambangan, industri manufaktur, dan sarana umum seperti produksi listrik dan gas; produksi tertier meliputi seluruh kegiatan lainnya seperti tranportasi, distribusi, administrasi, negara, hiburan dan sebagainya.
Kebijakan ini telah menghantarkan Jambi ke dunia yang industri maju, sector primer mulai ditinggalkan padahal kontribusi sector pertanian cukup besar atas PDRB Jambi, dan mayoritas penduduk Jambi bekerja di sector pertanian dan perikanan. Kebijakan ini akan menuai kesalahan yang akan mengakibatkan pengangguran, angkatan kerja yang tidak mempunyai keterampilan bahkan akan menuai kelangkaan akan bahan pokok.
Dalam 5 tahun terakhir tercatat kecilnya investasi di kebutuhan primer masyarakat disebabkan masih rendahnya teknologi dan juga keinginan untuk mengembangkan pertanian yang berbasis agribisnis di Jambi, konsentrasi investasi dalam 5 tahun terakhir ini lebih terkonsentrasi pada sector sekunder dan sedangkan sector tertier sangat minim dan belum menjadi prioritas pemerintah daerah Jambi.


Tabel 17
Struktur-struktur investasi PMD tahun 1999-2003
Tahun Primer Sekunder Tertier Total
Perkebunan
Kehutanan dalam milyar
Pertambangan
Industri Transportasi
Pariwisata
Real Estate
1999 1.716.406,97 3.879.447,38 0 5.595.854,35
2000 2.118.833,55 5.177.176,73 1.078,75 7.297.089,03
2001 2.125.451,31 5.488.578,28 1.078,75 7,615.108,34
2002 2.569.416,72 5.469.298,62 39.779,64 8.078.494,98
2003 2.785.911.59 7.544.018,03 39.779,64 8.403.189,37
Data ini diolah dari data BPKPMD Jambi
Peluang agribisnis di masa datang sangatlah minim dan apalagi sector ini belum dijadikan pusat perhatian bagi Pemda Jambi, kepentingan untuk memajukan produksi sekunder yang lebih berpeluang di Jambi, investasi yang berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mengalami peningkatan dari Rp. 8,07 Trilyun pada tahun 2002 menjadi Rp. 8,40 Trilyun pada tahun 2003.
Sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA) pada tahun 2003 mengalami kenaikan dari US$ 98,19 juta menjadi sebesar US$ 99,91 juta, sejalan dengan meningkatnya investasi PMDN, telah terserap tenaga kerja Indonesia sebanyak 140.245 orang dan tenaga asing sebanyak 897 orang pada tahun 2002, sedangkan pada tahun 2003 terserap sebanyak 135.863 dan tenaga asing sebanyak 940 orang. Demikian juga untuk investasi PMA terserap tenaga kerja Indonesia sebanyak 54.784 orang dan tenaga asing 117 orang pada tahun 2002, pada tahun 2003 terserap tenaga kerja Indonesia sebanyak 56.365 orang dan tenaga asing sebanyak 178 orang. Jumlah perusahaan PMDN yang ada di Jambi pada tahun 2003 sebanyak 96 perusahaan dengan aktivitas utama adalah perkebunan, industri kayu, industri kimia, industri CPO dan industri makanan, sedangkan jumlah perusahaan PMA sebanyak 37 perusahaan dengan aktivitas utama perkebunan, industri kayu, pertambangan/energi, industri kimia dan industri CPO.

2. Struktur Kesempatan kerja Dan Pengangguran
Jumlah Penduduk yang disajikan pada bab ini adalah hasil Sensus Penduduk Tahun 2000, jumlah penduduk Jambi pada tahun 2000 sebesar 2.407.166, sekitar 1.179.317 termasuk angkatan kerja dari sejumlah 1.121.350 orang yang bekerja terbanyak bekerja disektor pertanian yaitu sebesar 311.689 orang.
Dari data penduduk yang mencari kerja di atas maka diperlukan untuk menganalisa angkatan kerja, dengan mengukur besarnya investasi dan peluang kerja yang dibutuhkan dan besarnya investasi PMA di Jambi dari tahun 1967-2003 sebesar Rp 890.900.790.530 dengan menyerap hampir 15.041 orang pekerja. Sedangkan total dari tahun 1967-2003 nilai investasi PMDN 2.641.551.381.000 dengan menyerap 50.421 Orang pekerja dari 206.151orang pencari kerja di Jambi, angka ini berarti 155.730 orang penganggur terbuka di Jambi, Belum di hitung semi pengangur yang jumlahnya masih banyak di Jambi.
Minimnya lowongan pekerjaan di Jambi yang itu tidak mampu menyerap tenaga kerja yang banyak dan terbatas, apalagi masyarakat Jambi yang mencari kerja berijazah tertinggi SMU.








Tabel 19
Jumlah lowongan kerja yang belum dipenuhi
Yang telah terdaftar di propinsi jambi
1990-2002
Tahun Lowongan yang belum dipenuhi Lowongan yang telah dipenuhi Lowongan yang terdaftar Pencari Kerja Yang Mendaftarkan Diri
1991 407 2999 3357 17.995
1992 1212 3992 5015 16.412
1993 1500 3742 1663 18.261
1994 1351 4112 4495 17.012
1995 582 4121 5331 17.897
1996 1250 4727 5667 20.930
1997 1988 4235 6253 19.302
1998 2519 3605 6124 17.918
1999 816 3383 5687 21.644
2000 338 1522 1389 11.343
2001 411 2187 2558 11.144
2002 1534 1758 2341 16.284
Total 13.908 40.383 49.580 206.151
Sumber: BPS Propinsi Jambi
Dari tabel pencari kerja di atas, dapat diketahui bahwa pencari kerja terendah pada tahun 2001 sebanyak 11.144 orang pencari kerja yang terdaftar di Depnakertran Jambi, sedangkan yang tertinggi pada tahun 1999 sebanyak 21.644 orang. Total pencari kerja di Jambi dari tahun 1991-2002 sebanyak 206.151orang pencari kerja tidak sebanding dengan lowongan yang belum terpenuhi di tahun yang Sama yaitu 13.908, apalagi jika dibanding dengan lowongan yang terdaftar pada dinas tenaga kerja Provinsi Jambi dari tahun 1991-2003 sebanyak 49.580.
Para penganggur terbuka ini adalah pencari kerja yang berkeinginan masuk dalam pasar tenaga kerja dan mereka dalam usia produktif, berusia 15-30 tahun, Para pencari kerja baru ini terdiri dari lulusan SD, SLTP, SLTA, dan yang putus sekolah, bahkan hingga lulusan perguruan tinggi.
Pengangguran terbuka dan setengah terbuka merupakan kontributor utama armada orang-orang miskin yang absolut sifatnya, karena mereka tidak mempunyai penghasilan sama sekali atau penghasilannya sangat rendah sehingga jauh dari mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari Misalnya, mereka hanya makan sekali sehari dengan jumlah kalori di bawah 1.500.
Jumlah pencari kerja yang berijazah SMU, SMP, dan SD yang cukup besar, dibanding dengan pencari kerja yang berijazah D1, DII, DIII dan sarjana terlihat dari tabel di bawah ini, mereka yang berpendidikan yang rendah ini akan mengakibatkan pada rendahnya upah yang akan didapat dan hanya dapat bekerja di lapangan sebagai buruh kasar.

Gambar 5
Banyaknya pencari kerja menurut tingkat pendidikan tahun 2001

Gambar di atas membuktikan bahwa pendidikan tertinggi para pencari kerja di Jambi maksimal SMU, hal ini terinci dari tingkat pendidikan sekolah dasar sebesar 36 %, sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) 3 %, untuk ukuran peluang kerja di saat ini ijazah SMU belum maksimal memenuhi pasar tenaga kerja hanya akan dapat menjadi kuli dan buruh di pabrik-pabrik, akibat rendah pendidikan ini juga akan berpengaruh pada rendahnya nilai tawar upah di pasar kerja, sehingga dalam memenuhi kebutuhan primer dan sekunder cenderung akan kesulitan, kemiskinan baru bagi masyarakat Jambi di tahun-tahun akan datang, dengan semakin meningkatnya kemiskinan dan sulitnya mendapatkan pekerjaan di negeri Jambi.
Sebab selain pola pemberian kerja yang di atur dalam UU tenaga kerja dengan system kontrak limited maksimal 3 tahun, UU ketenagakerjaan ini berakibat nilai tawar pekerja menjadi lemah dalam upaya kenaikan UMR dan tidak adanya kewajiban bagi pengusaha untuk memberi pesangon jika masa waktu kontrak telah out of limit.
Gambar 6
Perbandingan Pencari kerja menurut jenis kelamin dan tingkat pendidikan di Jambi tahun 2001

Secara structural perbandingan pada gambar di atas, antara pencari kerja wanita dan pria di Jambi menurut jenis kelamin dan sesuai dengan tingkat pendidikan, masih didominasi oleh wanita sebagai pencari kerja, sedangkan untuk tingkat sekolah dasar dan sarjana masih didominasi oleh pria, untuk tingkat SLTP, SMU dan diploma di dominasi oleh pencari kerja wanita.
Hal ini berarti pencari kerja wanita lebih dominan di Jambi, sedangkan peluang kerja dan lowongan yang memungkinkan untuk wanita juga tidak terlalu memberikan kesempatan yang bagus tetapi lebih banyak pada sector perniagaan, administrasi Kantor, sekretaris dan marketing. Hal ini dapat terlihat dalam gambar di bawah ini:
Gambar 7
Perbandingan Penempatan kerja menurut jenis kelamin dan tingkat pendidikan di Jambi tahun 2001.

Menurut data BPS Jambi tahun 2002 tentang penempatan pencari kerja di Jambi belum adil gender dan lebih banyak pria yang diterima dan bekerja dalam tahun 2001, sedagkan secara structural penempatan tenaga kerja menurut tingkat pendidikan didominasi pada lulusan diploma satu yang ahli di bidang komputer dan administrasi Kantor.






Tabel 22
Banyaknya pencari kerja yang belum berpengalaman
Tahun 1997-2001
Tingkat Pendidikan
Educational Status Yang terdaftar
Yang ditempatkan

Pria
Wanita
Jumlah
Pria Wanita Jumlah
2001 6.489 4.655 11.144 1.519 668 2.187
2000
1999
1998
1997 6 761
12 107
10 262
11 142 4 582
9 537
7 656
8 160 11 343
21 644
17 918
19 302 1 031
2 313
2 513
3 175 491
1 070
1 324
1 159 1 522
3 383
3 837
4 244
Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Jambi
Peluang kerja sectoral di Jambi memang masih didominasi pada sector industri dan untuk masa datang pun peluang kerja akan meningkat pada sector ini. Jika perluasan peluang kerja belum dapat dioptimalkan maka pengangguran akan terus meningkat yang hal ini berbanding terbalik dengan peluang kerja di Jambi. Tabel berikut akan memberikan peta dan trend pertumbuhan peluang kerja dan pencari kerja di Jambi dari tahun 1997-2001.
Tabel 23
Pertumbuhan pencari kerja dan lowongan di jambi
1995-2001 dalam persen
Tahun

(1) Pencari kerja dalam Persen (%)
(2) Lowongan yang belum ditempatkan.
Persen (%)
(3)
1995-1996 -0,05 1,15
1996-1997 0,026 1,8
1997-1998 -0,18 3,13
1998-1999 0,15 -0,73
1999-2000 0,08 -0,58
2000-2001 -0,175 0,21

Pertumbuhan negatif pencari kerja di Jambi memberi peluang untuk menambah peluang kerja yang semakin menunjukkan trend positif, namun perbandingan antara banyaknya pencari kerja dan lowongan yang ada sangatlah jauh sebab pencari kerja di Jambi tahun 1995-2001 telah mencapai 260 ribu orang dengan lowongan yang sangat minim hanya 7838 lowongan.
Keseriusan Pemerintah Daerah dan management investasi yang berorientasi pada kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Jambi masa depan sangat diharapkan, kebijakan-kebijakan yang diambilpun lebih mengkedepankan pemenuhan hajat hidup orang banyak, bukan pada pertumbuhan yang lebih bersifat elitis dan aktivitas ekonomi masyarakat belum juga tentu mampu menciptakan lapangan kerja baru bagi ribuan pencari kerja yang sekarang masih menganggur di Jambi.
Menurunnnya investasi asing di Jambi bukan hanya disebabkan masih minimnya kepercayaan investor terhadap Jambi, namun lebih pada investasi apa yang memiliki prospek yang besar bagi pengembangan usaha di Jambi, sarana, prasarana serta budaya usaha yang mungkin harus terus direformasi sebab masyarakat Jambi lebih tertarik pada sector-sektor formal dibanding sector informal.
Peningkatan kontribusi sektor pertanian telah menjadi nilai tambah tenaga kerja pada sektor tersebut, sebab pada tahun 2002 tenaga kerja yang terserap sebanyak 621.315 orang naik menjadi 687.536 orang atau 10,66 persen. Kenaikan ini sangat ditopang oleh perluasan sektor perkebunan; sedangkan tenaga kerja di sektor industri menurun dari 61.409 orang tahun 2002 menjadi 57.989 orang tahun 2003 atau 5,9 persen. Penurunan ini terindikasi dari meningkatnya industri yang bersifat capital-intensive, semakin menurunnya kegiatan industri perkayuan, terutama industri yang menggunakan sumber kayu illegal, dan terjadinya pergeseran tenaga kerja industri illegal kembali ke sektor pertanian.
D. Investasi Dan Kesempatan Kerja Di Jambi.
Dalam pembahasan ini diurai beberapa pendapat penulis, yang pendapat itu dihasilkan dari penelitian dan pengamatan atas kondisi dan situasi sosial-politik yang terjadi di Jambi dengan melakukan beberapa tahapan yang terpenting untuk mengembangkan prespektif ekonomi Islam tentang kebijakan investasi dan pengentasan pengangguran di Jambi.
Berangkat dari teori yang dibangun dalam penelitian ini bahwa pertama, investasi dalam Islam tanpa riba (bunga) maka arah pertama dari kebijakan investasi itu adalah menghilangkan riba dalam semua aspek investasi yang tentu hal ini terkait erat dengan system perbankan yang masih mengunakan system dan sarana konvensional.
Kedua, Komoditi utama investasi juga harus berdasarkan komoditi yang halal dan toyib dan ketiga, dilarangnya investasi yang berspekulasi, gharar dan ijon misalkan investasi dunia hiburan malam, prostitusi, perdagangan wanita dan anak, persenjataan nuklir yang dapat berakibat kerusakan di muka bumi, juga harus ditinggalkan.
Oleh karena itu, hasil prediksi yang didapat, harus digunakan untuk merumuskan kebijakan investasi dalam kerangka pemenuhan hajat-hajat masyarakat Jambi, baik yang bersifat tahsiniyat, hajiyat dan dhoruriyat, karena kecendrungan penambahan nilai investasi terjadi dalam 10 tahun akan datang, gambarannya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:








Tabel
Perkiraan Investasi PMDN, PMA, Tenaga Kerja yang terserap
Tenaga kerja yang mendaftarkan diri dan lowongan yang tersedia
tahun 2005-2010 di Jambi
PREDIKSI 2005 2010
Nilai investasi PMDN 144,29 dalam milyar 159,39 dalam milyar
Tenaga kerja yang terserap oleh Investasi PMDN 1392 orang 1664 orang
Nilai investasi PMA 75,35 dalam milyar 87,85 dalam milyar
Tenaga kerja yang terserap pada investasi PMA 381orang 1023 orang
Pencari Kerja yang akan terdaftar 26.407 orang 31.041 orang
Lowongan Kerja yang akan terdaftar 3480 buah 3000

Dari tabel di atas, prediksi investasi dan pengangguran di Jambi, mendapatkan beberapa kesimpulan umum yaitu ada beberapa factor tidak berjalannya peningkatan investasi juga akan mempengaruhi pada penambahan peluang kerja dan mengurangi pengangguran di Jambi:
1. Investasi dalam sektor industri dan konglomerasi besar, terkait dengan monopolistik investasi dan belum terbukanya akses bagi masyarakat untuk secara kolektif mengelola dana investasi, hal ini terkait dengan belum adanya upaya untuk membentuk perserikatan yang adil dalam mengelola dana investasi.
2. Belum optimalnya kebijakan pemerintah daerah dalam hal ini membuka akses yang besar dalam mengelola dana investasi bagi UKM dan IKM di Jambi yang mengarah pada kepentingan pengembangan ekonomi kerakyatan. Tentu hal ini tidak akan meluaskan industri-industri kecil yang padat karya, komposisi atau paduan output sangat mempengaruhi jangkauan kesempatan kerja (terutama barang-barang konsumsi pokok) membutuhkan lebih banyak tenaga kerja.
3. Investasi hanya mengarah pada bagian timur jambi seperti beberapa kabupaten yang dengan pusat ibukota dan belum merambah merata di kesemua dareah tingkat dua, kondisi ini melahirkan monopoli baru dan masyarakat di bagian barat provinsi Jambi cenderung diabaikan, sehingga terjadi akselerasi urbanisasi di Propinsi Jambi. Kondisi ini berakibat tidak seimbangnya ekonomi kota-desa, kesimbangan ekonomi yang layak bagi kota dan desa juga tidak tercipta, strategi ini cukup penting untuk menanggulagi masalah pengangguran di pedesaan maupun di perkotaan.
4. Belum berubahnya keterkaitan langsung antara pendidikan dan kesempatan kerja, munculnya penomena pengangguran berpendidikan mengundang pertanyaan tentang kelayakan pengembangan pendidikan secara besar-besaran dan kelewat batas.
5. Dari sisi eksternal menunjukkan pengembangan investasi masih dihadapkan pada beberapa kendala, kendala tersebut berasal dari pihak pemerintah selaku pemilik otoritas birokrasi dan penyedia sarana dan prasarana pendukung investasi. Disamping itu juga berperan sebagai penyedia informasi dan promotor dalam mempromosikan potensi daerah untuk menarik minat investor melalui kebijakan yang kompetitif.
Berdasarkan hasil pengamatan maka didapati 3 kendala yang dihadapi pihak calon investor untuk tertarik dan melakukan investasi, ketiga kendala tersebut meliputi infrastruktur, birokrasi beserta peraturan, informasi dan promosi, Kendala-kendala yang dimaksud deskripsi lebih rincinya dimuat dalam tabel berikut.


Tabel
NO KENDALA DESKRIPSI
1 Kondisi infra struktur belum mendukung i. kondisi jalan belum baik.
ii. Energi lsitrik masih belum mencukupi.
iii. Pelabuhan laut dan udara masih terbatas.
2 Birokrasi dan peraturan daerah masih menghambat a. administrasi perizinan kurang koordinasi antar pemerintah kabupaten dan pemerintah provinsi.
b. Didapati 44 Perda kabupaten/kota yang menghambat dari 147 Perda yang ada.
3. Promosi belum mendukung a. Informasi untuk investasi lebih dominan pada agribisnis.
b. Promosi lebih dominan oleh pemerintah dan swasta kurang proaktif.
c. Tidak ada insentif khusus yang dapat menarik minat investor.

Dari tabel di atas dapat dibuat cara mengatasi kendala-kendala yang dihadapi pihak calon investasi dan meningkatkan minat calon investasi untuk berinvestasi maka diperlukan kebijakan pengembangan, kebijakan tersebut harus dapat meniadakan kendala eksternal yang dihadapi calon investor.
Fokus dari kebijakan pengembangan adalah menyiapkan infrastruktur, menyederhanakan birokrasi dan peraturan, meningkatkan pelayanan informasi dan promosi, untuk berhasilnya kebijakan pengembangan investasi yang bersifat proaktif, secara lebih detail rumusan kebijakan pengembangan disajikan pada tabel di bawah ini:


Tabel 34
NO KEBIJAKAN FOKUS
1 Penyiapan infra struktur yang mendukung a. Perbaikan dan pembangunan jalan darat khsusnya pada daerah yang potensial.
b. Pembangunan sumber energi alternatif yang dapat menjamin kelestarian energi.
c. Pembangunan pelabuhan laut dan udara yang siap mendukung mobilitas arus barang.
2 Penyederhanaan birokrasi dan peniadaan peraturan daerah yang menghambat. a. Penyediaan pelayanan birokrasi ssatu atap dan waktu pelayanan yang singkat.
b. Membatalkan peraturan daerah kabupaten / kota yang menghambat dan mengurangi minat investor melakukan investasi di daerah.
c. Pemberian insentif khusus bagi investor yang berminat dan potensial.
3 Peningkatan system informasi dan promosi yang mendukung A. Peningkatan data base untuk potensi investasi non agribisnis.
B. Peningkatan proaktif pihak swasta beserta institusinya dalam promosi dan lobby.

Kesimpulan umum di atas digunakan dalam merumuskan kebijakan investasi dan pengentasan pengangguran di Jambi, di antaranya adalah reformasi model pendidikan karena Pendidikan memang diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas, jika tidak, maka sektor ini juga akan menyumbang pada terjadinya pengangguran, ada paling tidak tiga model perencanaan di bidang pendidikan dikaitkan dengan kemanfaatannya sebagaimana dikembangkan dari pemikiran Umar Juaro (2003):
1. Pendidikan direncanakan atas dasar social demand approach, dalam pendekatan ini program pendidikan memang dibuat atas dasar permintaan yang ada di dalam masyarakat, hasil pendidikan yang mereka peroleh akan mampu menolong diri mereka sendiri ketika menghadapi persoalan pengangguran.
2. Model perencanaan pendidikan yang kedua economic return approach, dalam pendekatan ini pendidikan dapat dianalogikan dengan proses produksi. Dengan menghitung berbagai ongkos yang terlibat dalam program pendidikan (input-proses-produk) dan kemudian melihat produktivitas para lulusan, maka dapat dikatakan apakah sebuah program pendidikan akan hanya berkontribusi pada penganggur atau memang mampu menghasilkan sumber daya manusia yang benar-benar memiliki dampak ekonomi secara positif. Dalam model ini pendidikan memang harus bisa menjaga relevansi dan akuntabilitas program yang ditawarkan. Ketika para lulusan tidak bisa berperan dalam dunia kerja yang biasanya ditandai dari rendahnya gaji mereka, atau bahkan tidak bisa mendapatkan pekerjaan, maka pendidikan yang sedang dilakukan oleh lembaga pendidikan tersebut dapat dikatakan gagal, dan dengan demikian hanya akan berkontribusi pada semakin banyaknya penganggur. Justifikasi ini memang tidak mudah dilakukan, Karena untuk melakukan standardisasi lulusan memang tidak mudah, Dengan guru/dosen, sarana-prasarana, dan kurikulum yang sama, bisa menghasilkan kualitas lulusan yang berbeda-beda dilihat dari produktivitas mereka di dalam masyarakat setelah mereka lulus. Saat ini banyak program pendidikan yang tidak mampu memberikan keuntungan ekonomik bagi upaya investasi yang telah dilakukan oleh penyelenggaranya, lulusan yang tidak memiliki produktivitas tentu akan berkontribusi pada penganggur.
3. Pendekatan perencanaan pendidikan yang ketiga, dapat dilakukan dengan menggunakan Employment Generation Approach, dengan pendekatan ini diharapkan memang pendidikan tidak akan berkontribusi pada terjadinya penganggur, program ini hanya dapat dilakukan ketika ada profesionalisme dalam dunia pendidikan, Kompetensi lulusan menjadi lebih penting dari pada sekadar memiliki ijazah, Implikasinya pendidikan harus mampu memberikan pengalaman yang bermakna pada semua peserta didik.

























DAFTAR BACAAN
Depdikbud, Struktur, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penyunting Umi Basirah, dkk, (Jakarta: balai pustaka, 1996) cet ke-6, Edisi kedua
Ia seorang profesor ilmu ekonomi di Nedherlands School of economics sejak 1933, ia telah menjadi penasehat berbagai pemerintah dan organisasi ineternasional menegnai persoalan-persoalan ekonomi, dan ia adalh pemegang gelar kehormatan dari enambelas universitas. Diantara buah karyanya yang banyak anatara lain Economic policy, Principles And Design And Shaping The World Economy. Ia memperoleh Hadiah nobel untuk ilmu ekonomi pada tahun 1969.
Jambi Ekpress tahun mei 2003 hal 3
Jan Tinbergen dkk, Ilmu Ekonomi Di Masa Depan Menuju Paradigma Ilmu, (Jakarta: LP3ES, 1983) hal 48
Jean Piaget, Strukturalism, (New York, Hasrper &Row: Presess Universitaries, 1968) hal. 82

Dilema Investasi dan Pengentasan Penggangguran di Jambi

Dilema Investasi dan Pengentasan Penggangguran di Jambi
Oleh: Sucipto, MA
Dosen Ekonomi Islam IAIN STS Jambi.

Sedikitnya ada 2 alasan mengapa tulisan ini diperlukan, pertama, Jambi dalam beberapa tahun mendapatkan dana investasi dari PMDN dan PMA yang cenderung meningkat, peningkatan nilai investasi tersebut ternyata belum mampu menyerap tenaga kerja yang banyak sehingga beban yang ditanggung pemerintah semakin hari semakin sulit. Diperlukan sebuah kebijakan pemerintah yang berlandaskan pada kondisi obyektif ini, kebijakan yang ada selama ini terkesan mengabaikan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat akan peluang kerja, terukur menurut minimnya peluang kerja dan rendahnya perhatian untuk peningkatan kualitas masyarakat.
Kedua pernyataan di atas menjadi masalah utama bagi orang yang mengepalai daerah ini, beberapa pertanyaan perlu untuk diajukan agar start kepemimpinan diingatkan bahwa ada beberapa yang menjadi public need dalam masa kepemimpinannya, yakni kesempatan kerja
Untuk memudahkan memahami variable kesempatan kerja dibutuhkan beberapa pertanyaan, diantaranya pertama, bagaimana memahami masalah tenaga kerja dan hubungannya dengan pengelolaan dana investasi, kemana arah dana Investasi tersebut diharapkan oleh masyarakat, kemungkinan sector unggulan yang diharapkan dapat menjadi sector pembangunan ekonomi masyarakat, metoda apa yang direncanakan untuk digunakan dalam meningkatkan efisiensi dana investasi yang relative minim dengan memasukkan variable tenaga kerja dalam masalah tersebut.
Sebagai catatan, beberapa tahun ke belakang Kebijakan investasi secara struktural di Jambi telah terfokus pada sektor industri, hal ini terlihat besarnya pangsa bagi sektor ini dan meningkatnya jumlah perusahan yang bergerak di sektor tersebut. Tidak juga dipungkiri satu upaya untuk melembagakan ekonomi rakyat lewat kebijakan patin jambal dapat memenuhi pasokan bibit patin yang selama ini dirasakan oleh para petani agak sulit didapat, problem tersebut dapat diselesaikan dengan menyingkirkan monopoli pembibitan, dan memberikan keluasan kepada masyarakat untuk melakukan pembibitan dan pemijahan.
Kebijakan 1000 kerambah juga diyakini oleh sebagian kalangan dapat menyelesaikan persoalan pembiayaan bisnis patin Jambal masyarakat, tetapi di sisi lain ternyata pemain baru yang diperankan pemerintah dalam bisnis patin telah menghancurkan “bangunan” bisnis pendeder ikan patin yang dari pertengahan tahun 1990 eksis dengan usaha mereka, ada lebih 500 pendeder ikan patin yang gulung tikar lantaran kebijakan ini.
Anggapan kebijakan-kebijakan kita sangat populis justru kebijakan itu pincang dan merampas kebebasan ekonomi rakyat di tengah kebuntuan ekonomi dalam beebrapa tahun belakang, di sisi lain dalam kebijakan perkebunan juga akan menuai kekhilafan di mana merestrukturisasi lahan masyarakat yang bertahun-tahun dikelola tanpa diversifikasi ekonomi, juga akan memberi masyarakat terjerat pada kondisi tidak ideal, di mana peremajaan itu belum mengakomodir kepentingan kalangan bisnis yang selama puluhan tahun bergelut dalam kegiatan perkebunan. Tiba-tiba kita menampakkan diri sebagai seorang revolusioner dengan menamakan untuk kepentingan pembaharuan dan kejayaan masa depan. Satu sisi mungkin ada kebenaran di sana namun mungkin pula kebenaran itu subjektif, di sisi lain kita juga menuai kekhilafan dangan memperkarakan adat dan tardisi yang selam ini terwarisi menjadi dokrin dan nadi kehidupan mereka.
Kebebasan ekonomi yang perlu di junjung bukan pelembagaan ekonomi untuk kepentingan pemerintah saja, kebebasan yang luas untuk berusaha mencari kehidupan adalah sebuah kewajiban agama dan juga social, makanya biarlah soal ekonomi menjadi hak preogatif masyarakat.
Kondisi ini mempengaruhi pasar tenaga kerja agraris yang mulai dan telah berpindah ke sektor industri, selain itu Investasi di Jambi yang terbagi atas dua kategori PMDN dan PMA, dimana kontribusi PMDN dan PMA di Jambi secara struktural dari tahun 1967-2002 di Jambi juga lebih menekankan pada industri maju yang monopolistic tanpa melihat beberapa kendala dan mengasingkan public need saat ini dan masa depan.
Watak kebijakan yang diambilpun, jauh dari pada pemenuhan hajat hidup masyarakat Jambi yang berakibat pada persedian ruang kerja yang minim, hal ini terukur menurut peningkatan investasi PMDN tidak mampu meminimalisir jumlah penganguran di Jambi, kemungkinan lemahnya pengelolaan dana investasi menjadi penyebab, di sisi lain dana investasi yang minim dan seharusnya cukup untuk membangun ekonomi berbasis rakyat di Jambi, dan atau mungkin belum optimalnya kontrol BKPMD atas investasi yang masuk ke Jambi sehingga peningkatan nilai investasi baik kumulatif ataupun tambahan belum mampu membuat lapangan kerja baru di Jambi bagi ratusan ribu pencari kerja yang masih berstatus menganggur yang kian hari akan bertambah .
Beberapa analisis prediktif yang penulis lakukan ditemui kemampuan Investasi PMDN atas penyerapan tenaga kerja dalam setahun hanya dapat menyerap 47 orang pencari kerja itu jika terjadi penambahan dana investasi dalam tahun X sebesar 6,17 milyar, jika dianalisis lebih dalam kemampuan menyerap sebanyak 47 orang tenaga kerja itu telah memberi kefahaman kepada kita bahwa untuk menyelesaikan 47 orang pencari kerja dibutuhkan ekonomi biaya tinggi (high cost Of Economic).
Temuan di atas akan mengasumsikan bentuk investasi yang ada belum mengkedepankan semangat dan asas kesejahteraan masyarakat, terkadang investasi yang ada lebih terfokus pada industri yang bersifat coorporasi yang besar dan belum tercermin adanya semangat untuk memajukan kepentingan ekonomi rakyat, di mana kepedulian kepada UKM ataupun IKM di Jambi masih lemah.
Jika kita berangan-angan dengan sebuah mainan yang prediktif maka ditemukan nilai investasi di Jambi diperkiraan akan meningkat pada tahun 2005 hingga 2010, di mana angan-angan itu nilai investasi PMDN pada tahun 2005 sebesar Rp 144,29 dalam milyar dan akan terus meningkat pada tahun 2010 sebesar Rp 159,39 dalam milyar, sedangkan tenaga kerja yang terserap oleh Investasi PMDN pada tahun 2005 sebanyak 1392 orang tenaga kerja dan meningkat pada tahun 2010 sebanyak 1664 orang tenaga kerja.
Sedangkan nilai investasi PMA pada tahun 2005 menjadi Rp 75,35 dalam milyar dan tahun 2010 meningkat menjadi 87,85 dalam milyar, tenaga kerja yang terserap pada investasi PMA pada tahun 2005 sebanyak 381 orang tenaga kerja dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 1023 orang, Pencari Kerja yang akan terdaftar pada tahun 2005 akan meningkat menjadi 26.407 orang dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 31.041 orang sedangkan Lowongan Kerja yang akan terdaftar 3480 buah dan tahun 2010 menurun menjadi 3000 buah.
Seorang ekonom dari Morgan Stanley, Anita Chung, meramalkan target pertumbuhan itu, jika tercapai, tak cukup untuk menyelesaikan persoalan pengangguran. Demikian pula, laju investasi yang diharapkan dapat memecahkan problem pengangguran juga belum bisa diharapkan. Pemerintah seharusnya mengupayakan investasi, baik dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) agar kembali berjalan. Sayangnya, iklim usaha sama sekali tidak kondusif untuk menarik investasi baru. Padahal investasi sangat diperlukan untuk menciptakan lapangan kerja. Tanpa investasi masalah pengangguran akan bertambah.
Untuk itu, pemerintah seharusnya duduk bersama dengan para pengusaha. Pelaku usaha perlu diajak bersama, mencari konsep dan strategi yang tepat untuk mencari jalan ke luar dari masalah pengangguran ini. Pemerintah tidak bisa menerapkan kebijakan tanpa melibatkan pelaku usaha karena pengusaha yang nanti akan menjalankan kebijakan tersebut.
Melihat persoalan pengangguran sudah demikian kronis, maka Pemerintah perlu memberikan prioritas terhadap masalah ini. Strategi dan kebijaksanaan yang ditempuh Pemerintah harus merupakan bagian dari proses pencerdasan kehidupan bangsa secara politik, serta proses pemberdayaan masyarakat secara ekonomi.
Sebab, dampak dari pengangguran bisa meluas seperti masyarakat tidak dapat memaksimumkan kemakmuran, menyebabkan pendapatan pajak pemerintah berkurang, dan tidak dapat menggalakkan pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, pengangguran juga berdampak secara individu dan masyarakat seperti menyebabkan kehilangan mata pencaharian, menyebabkan kehilangan keterampilan dan menimbulkan ketidakstabilan politik dan sosial. Lebih dari itu, ledakan pengangguran bisa memicu timbulnya tindakan kriminalitas, dan bukan tidak mungkin menimbulkan revolusi jika tidak segera dicari jalan keluar atau penanganannya.
Ada beberapa factor tidak berjalannya peningkatan investasi juga akan mempengaruhi peluang kerja dan mengurangi pengangguran di Jambi,
- Investasi dalam sector industri dan konglomerasi besar, terkait dengan monopolistic investasi dan belum terbukanya aksess masyarakat akan nilai investasi, hal ini terbukti tidak adanya upaya dalam perserikatan yang adil untuk mengelola dana investasi.
- Belum optimalnya kebijakan pemerintah daerah dalam hal ini membuka akses yang besar dalam mengelola dana investasi bagi UKM dan IKM di Jambi yang mengarah pada kepentingan pengembangan ekonomi kerakyatan. Tentu hal ini tidak akan meluaskan industri-industri kecil yang padat karya, komposisi atau paduan output sangat mempengaruhi jangkauan kesempatan kerja (terutama barang-barang konsumsi pokok) membutuhkan lebih banyak tenaga kerja.
- Investasi hanya mengarah pada bagian timur jambi seperti beberapa kabupaten yang dengan pusat ibukota dan belum merambah merata di ke semua daerah tingkat II, kondisi ini melahirkan monopoli baru dan masyarakat di bagian barat provinsi Jambi cenderung diabaikan, sehingga terjadi akselerasi urbanisasi di Propinsi Jambi. Kondisi ini berakibat tidak seimbangnya ekonomi kota-desa, keseimbangan ekonomi yang layak bagi kota dan desa juga tidak tercipta, strategi ini cukup penting untuk menanggulagi masalah pengangguran di pedesaan maupun di perkotan.
- Belum berubahnya keterkaitan langsung antara pendidikan dan kesempatan kerja, munculnya penomena pengangguran berpendidikan mengundang pertanyaan tentang kelayakan pengembangan pendidikan secara besar-besaran dan kelewat batas. Hasil penelitian ini juga mengungkapkan dimensi kebijakan investasi dan kebijakan pengangguran di Jambi dan terpenting masih lemahnya kebijakan yang berorientasi pada pemenuhan hajat hidup orang banyak yang termaktub dalam UUD 1945, arah kebijakan yang lebih mementingkan pertumbuhan ekonomi daripada perluasan peluang kerja bagi masyarakat Jambi yang sampai hari ini harus terus menyuap untuk mendapatkan pekerjaan.
Arah kebijakan masa depan dalam prespektif ekonomi Islam untuk kasus Jambi :
- Kebijakan-kebijakan Investasi Pemerintah Daerah Jambi seyogyanya menyangkut pemenuhan kebutuhan masyarakat Jambi akan peluang kerja yang memadai dengan kemampuan personal yang mendukung agar masyarakat Jambi ke depan tidak hanya menjadi kuli di kampungnya sendiri. Kebijakan ekonomi baik investasi maupun kebijakan kependudukan belum aplikatif dan hanya di atas kertas saja, apalagi arah PROPEDA yang masih bersifat filosofis dan tidak dapat diimplementasikan secara praktis di tengah masyarakat Jambi.
- Adanya Peraturan daerah yang mendorong percepatan dan pembukaan peluang kerja sehingga masalah penganguran di Jambi akan cepat teratasi, rumusan Perda yang ditawarkan bersifat mengikat dan memenuhi prinsip-prinsip amanah sebagai landasan menjalankan Perda tersebut.
- Kebijakan Investasi untuk masa datang adalah kebijakan yang harus memperhatikan dan memahami bahwa nilai uang dalam milyar rupiah yang telah diprediksi tidak sama dengan nilai uang pada masa sekarang yang berarti, modal yang padat fungsinya dan bentuknya yang lebih mengikat sehingga dalam pengelolaan tidak terjadi masalah seperti mubazir dan isrof. Perhitungan yang secara matematis dan dinamis ditentukan dahulu dengan mengedepankan prinsip cooperatif dalam pengelolaan dana investasi yang terarah pada investasi padat karya dengan akad musyarakah.
- Strategi baru yang diperlukan ialah tentang realokasi sumber daya manusia dan alam serta dana melalui reformasi politik RAPBN yang sama sekali harus mengutamakan kepentingan rakyat terukur menurut sasaran terpenuhinya kebutuhan pokok itu. Pada gilirannya harga kebutuhan pokok yang adil, baik untuk barang maupun jasa, oleh masyarakat luas akan terjangkau. Dalam kaitan ini maka politik kompensasi harus ditujukan kepada mereka yang memproduksi kebutuhan pokok tersebut di atas. Petani tanaman pangan dan kelompok miskin lainnnya harus terlebih dahulu menerima kompensasi ini berupa : pembebasan biaya pendidikan bagi anak-anaknya selama sembilan tahun, bebas dari biaya pengobatan, bebas dari pembayaran untuk penerangan listrik, dan tersedianya air yang cuma-cuma untuk keperluan sehari-harinya yang kesemuanya diturunkan dari konsep kebutuhan pokok di atas. Bila ini dapat dilakukan dengan baik dan serentak dan dalam waktu singkat, maka kata, ucapan dan tindakan yang kontra produktif yang keluar dari dan masuk telinga, mata dan perasaan antar sesama warga akan menjadi terkurangkan