Selasa, 13 Mei 2008

STRUCTURALIS ANALISIS INVESTASI DAN PENGANGGURAN DI JAMBI SUATU KAJIAN EKONOMI ISLAM
A. Pendahuluan
Salah satu tujuan yang penting dalam pembangunan ekonomi adalah tersedianya lapangan kerja yang cukup untuk mengejar pertambahan angkatan kerja, lebih bagi negara berkembang, terutama Jambi, di mana pertumbuhan angkatan kerja lebih cepat dari pertumbuhan kesempatan kerja. Ada beberapa faktor mengapa hal tersebut lebih menonjol atau penting bagi Jambi.
Pertama, pertumbuhan penduduk di Jambi berkembang cenderung relative tinggi, sehingga cenderung melebihi pertumbuhan kapital.
Kedua, demografi profil lebih muda, sehingga lebih banyak penduduk yang masuk kelapangan kerja.
Ketiga, struktur industri di Jambi, yang cenderung mempunyai tingkat diversifikasi kegiatan ekonomi rendah, serta tingkat ketrampilan penduduk yang belum memadai, membuat usaha penciptaan lapangan kerja menjadi semakin kompleks. Dalam kondisi pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi (diatas 8%) maka penciptaan lapangan kerja baru akan mampu memenuhi tambahan angkatan kerja, ini yang terjadi di Jambi sebelum tahun 1990 s/d 1997.
Namun dengan adanya krisis moneter, di mana tercatat pertumbuhan ekonomi Jambi negatip, yaitu menurut perkiraan BPS, tahun 1998 pertumbuhan antara –13,6% s/d –15% dan tahun 1999 pertumbuhan antara –2% s/d –5,1%, akan membuat industri yang ada tidak mampu menciptakan kesempatan kerja yang baru untuk menampung tambahan angkatan kerja. Ada beberapa faktor yang membuat industri mengalami kesulitan dalam upaya meningkatkan kesempatan kerja.
Pertama, naiknya suku bunga pinjaman membuat investor menunda untuk melakukan investasi baru.
Kedua, krisis keuangan yang diikuti dengan ketidakstabilan politik membuat kepercayaan investor atau depositor terhadap industri perbankan di Jambi mencapai titik terendah, sehingga terjadilah kapital flight.
Ketiga, meskipun turunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang lainnya, mampu meningkatkan daya saing produk nasional di pasar international, namun kenyataannya nilai eksport Jambi tidak mengalami peningkatan yang tajam.
Akibat dari hal tersebut adalah kapital formation tidak terbentuk, bahkan cenderung negatif. Penciptaan lapangan kerja tidak terjadi, bahkan yang terjadi adalah meningkatnya pengangguran mengingat banyak perusahaan yang mengurangi aktivitas produksinya atau bahkan menutup usahanya, perusahan-perusahan yang beroperasi tahun 1997 di Jambi hampir 100 buah perusahan dan terus menurun sampai tahun 2002.
Pengembangan investasi di Provinsi Jambi hingga kini masih menghadapi tiga kendala, sehingga realisasi yang dicapai baik Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) masih relatif kecil.
Pengamat ekonomi Prof Dr H.M. Rachmad R SE ME , pada Sosialisasi tahun Investasi Indonesia 2003 di Jambi, mengatakan, realisasi investasi yang dicapai oleh Provinsi Jambi selama 2002 dirasakan masih sangat kecil. "Hal itu disebabkan tiga kendala yang menghambat, dan perlu segera diperbaiki jika Jambi ingin mencapai target investasi yang diharapkan".
Tiga kendala itu meliputi kondisi infrastruktur yang belum mendukung, birokrasi dan peraturan daerah yang masih menghambat, serta masih lemahnya promosi . Pada tahun 2002 pencapaian investasi PMDN dan PMA di Jambi hanya sebesar 29 persen, atau senilai Rp 8,830 triliun dari target Rp 30,336 triliun.
Investasi yang dilakukan PMDN pada 2002 terfokus pada sektor perkebunan, industri perkayuan dan industri pulp, sedangkan PMA hanya terfokus pada perkebunan sawit.
Pemerintah Provinsi Jambi jika ingin mencapai target investasi yang diharapkan, perlu kebijakan dan pengembangan untuk meniadakan kendala eksternal yang dihadapi para calon investor itu.
Fokus dari kebijakan pengembangan itu yakni menyiapkan infrastruktur, menyederhanakan birokrasi dan peraturan, serta meningkatkan pelayanan informasi dan promosi, untuk berhasilnya kebijakan pengembangan investasi, juga perlu kiat sukses mengembangkan investasi yang bersifat proaktif.

B. Pengertian Struktural.
Kata struktur berasal dari bahasa latin structure yang berarti bangunan atau stuere yang berarti menyusun, Jean Pieget dalam structuralism menyebutkan adanya tiga ciri dari struktur, yaitu, pertama, wholeness (keseluruhan), keseluruhan ialah suatu koherensi (keterpaduan), Susunan struktur itu sudah lengkap dan struktur bukan semata-mata terdiri dari kumpulan unsur-unsur yang lepas.
Adanya perbedaan antara keseluruhan dengan unsur-unsurnya yang pertama adalah keutuhannya sedangkan yang kedua adalah elemen-elemen yang membentuk keseluruhan itu, unsur-unsur dari sebuah struktur tunduk kepada hukum yang mengatur keseluruhan system itu. Hukum yang mengatur sebuah struktur tidak dapat disusutkan ke dalam penjumlahan dari hukum yang mengatur satu demi satu unsur-unsurnya. Unsur-unsur tidak berdiri sendiri secara terpisah, tetapi menjadi milik sebuah struktur.
Kedua, transformation (perubahan bentuk), struktur itu tidaklah statis, karenanya gagasan mengenai perubahan bentuk itu menjadi penting, struktur mampu memperkaya diri dengan menambah bahan-bahan baru.
Ketiga, self-regulation (mengatur diri sendiri), penambahan unsur-unsur baru tidak pernah berada di luar struktur tetapi tetap memelihara struktur itu. Dengan demikian, sebuah struktur itu melestarikan diri sendiri dan tertutup dari kemungkinan pengaruh luar.
Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa struktur ialah pola-pola organisasi yang mantap, yang luas, stabil dan yang mampu untuk meneruskan diri (self reproducing). Seseorang lahir dalam suatu, atau lebih tepat dalam berbagai struktur social, atas kekuatan sendiri ia tak mampu menguasai atau mengubah struktur itu.
Struktur itu juga merupakan sebuah system tranformasi-tranformasi yang memuat kaidah-kaidahnya seperti totalitas, dan kaidah-kaidah yang menjamin otoregulasinya, segala bentuknya. Perrouk mendefenisikan struktur dengan “perbandingan dan hubungan-hubungan yang mencirikan sebuah himpunan ekonomi yang terlokalisir dalam waktu dan ruang”.
Tinbergen melihat dalam struktur ekonomi “pertimbangan akan sifat-sifat yang tidak langsung dapat diamati mengenai cara reaksi ekonomi terhadap perubahan-perubahan tertentu”, dalam ekonometrika sifat-sifat ini dinyatakan dalam istilah-istilah koefesien dan himpunan koefisien-koefisien ini memberikan informasi ganda” ia memberikan sebuah gambaran arsitektural tentang ekonomi, di satu pihak, ia menentukan arah reaksi-reaksinya terhadap varisasi-variasi tertentu.
Pola structural biasanya sering disebut dengan pola hirerarki di dalam suatu masyarakat, pola diskriminasi, termasuk diskriminasi rasial, sifat dualistis di dalam suatu masyarakat, dan pola-pola ketergantungan yang timpang dalam pembagian kekuatan-kekuatannya dan ekploitatif sifatnya.
Untuk analisa structural, Parsons menyatakan: “analisa structural harus menempati prioritas khusus dalam penganalisaan tentang proses dan perubahan social, orang tak perlu mengembangkan analisa lanjutan terhadap proses-proses utama perubahan social untuk dapat membuat pernyataan-pernyataan umum tentang pola structural teori evolusi”
C. Struktur Investasi, Kesempatan kerja dan Pengangguran Di Jambi.
1. Struktur Investasi
Investasi di Jambi dari tahun 1997-2001 telah mencapai nilai 7,4 triliun rupiah dengan menyerap tenaga kerja 61 ribu orang tenaga kerja, Peningkatan investasi PMDN telah mencapai pertumbuhan lebih 40 % dari tahun 1997.
Tabel 16
Pertumbuhan investasi PMDN Jambi tahun 1997-2001
Tahun Pertumbuhan dalam %
1997-1998 4,8
1998-1999 4,6
1999-2000 6
2000-2001 6,4
2001-2002 8.7
Diolah dari sumber data badan statistik Jambi
Pertumbuhan PMD di Jambi dari tahun 1997-2001 telah mencapai 8,7 % di tahun 2001-2002, naik 2,3 % dibanding tahun sebelumnya, hal ini menarik untuk disimak bahwa secara nominal peningkatan investasi harus juga dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja di Jambi, sebab masalah ini adalah masalah yang sudah lama yang tidak memungkinkan untuk ditinggalkan dan menyangkut kesejahteraan masyarakat, banyak persoalan lain yang akan timbul jika belum selesainya masalah pengangguran.
Secara struktur produksi, investasi di Jambi dalam tahun 2001 dapat dikategorikan menjadi 3 struktur produksi, pertama, kelompok primer yang meliputi pertanian dengan nilai investasinya nol untuk tahun 2001, perikanan dan kehutanan bernilai investasi 24.280,81 milyar, produksi sekunder meliputi pertambangan, industri manufaktur, dan sarana umum seperti produksi listrik dan gas; produksi tertier meliputi seluruh kegiatan lainnya seperti tranportasi, distribusi, administrasi, negara, hiburan dan sebagainya.
Kebijakan ini telah menghantarkan Jambi ke dunia yang industri maju, sector primer mulai ditinggalkan padahal kontribusi sector pertanian cukup besar atas PDRB Jambi, dan mayoritas penduduk Jambi bekerja di sector pertanian dan perikanan. Kebijakan ini akan menuai kesalahan yang akan mengakibatkan pengangguran, angkatan kerja yang tidak mempunyai keterampilan bahkan akan menuai kelangkaan akan bahan pokok.
Dalam 5 tahun terakhir tercatat kecilnya investasi di kebutuhan primer masyarakat disebabkan masih rendahnya teknologi dan juga keinginan untuk mengembangkan pertanian yang berbasis agribisnis di Jambi, konsentrasi investasi dalam 5 tahun terakhir ini lebih terkonsentrasi pada sector sekunder dan sedangkan sector tertier sangat minim dan belum menjadi prioritas pemerintah daerah Jambi.


Tabel 17
Struktur-struktur investasi PMD tahun 1999-2003
Tahun Primer Sekunder Tertier Total
Perkebunan
Kehutanan dalam milyar
Pertambangan
Industri Transportasi
Pariwisata
Real Estate
1999 1.716.406,97 3.879.447,38 0 5.595.854,35
2000 2.118.833,55 5.177.176,73 1.078,75 7.297.089,03
2001 2.125.451,31 5.488.578,28 1.078,75 7,615.108,34
2002 2.569.416,72 5.469.298,62 39.779,64 8.078.494,98
2003 2.785.911.59 7.544.018,03 39.779,64 8.403.189,37
Data ini diolah dari data BPKPMD Jambi
Peluang agribisnis di masa datang sangatlah minim dan apalagi sector ini belum dijadikan pusat perhatian bagi Pemda Jambi, kepentingan untuk memajukan produksi sekunder yang lebih berpeluang di Jambi, investasi yang berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mengalami peningkatan dari Rp. 8,07 Trilyun pada tahun 2002 menjadi Rp. 8,40 Trilyun pada tahun 2003.
Sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA) pada tahun 2003 mengalami kenaikan dari US$ 98,19 juta menjadi sebesar US$ 99,91 juta, sejalan dengan meningkatnya investasi PMDN, telah terserap tenaga kerja Indonesia sebanyak 140.245 orang dan tenaga asing sebanyak 897 orang pada tahun 2002, sedangkan pada tahun 2003 terserap sebanyak 135.863 dan tenaga asing sebanyak 940 orang. Demikian juga untuk investasi PMA terserap tenaga kerja Indonesia sebanyak 54.784 orang dan tenaga asing 117 orang pada tahun 2002, pada tahun 2003 terserap tenaga kerja Indonesia sebanyak 56.365 orang dan tenaga asing sebanyak 178 orang. Jumlah perusahaan PMDN yang ada di Jambi pada tahun 2003 sebanyak 96 perusahaan dengan aktivitas utama adalah perkebunan, industri kayu, industri kimia, industri CPO dan industri makanan, sedangkan jumlah perusahaan PMA sebanyak 37 perusahaan dengan aktivitas utama perkebunan, industri kayu, pertambangan/energi, industri kimia dan industri CPO.

2. Struktur Kesempatan kerja Dan Pengangguran
Jumlah Penduduk yang disajikan pada bab ini adalah hasil Sensus Penduduk Tahun 2000, jumlah penduduk Jambi pada tahun 2000 sebesar 2.407.166, sekitar 1.179.317 termasuk angkatan kerja dari sejumlah 1.121.350 orang yang bekerja terbanyak bekerja disektor pertanian yaitu sebesar 311.689 orang.
Dari data penduduk yang mencari kerja di atas maka diperlukan untuk menganalisa angkatan kerja, dengan mengukur besarnya investasi dan peluang kerja yang dibutuhkan dan besarnya investasi PMA di Jambi dari tahun 1967-2003 sebesar Rp 890.900.790.530 dengan menyerap hampir 15.041 orang pekerja. Sedangkan total dari tahun 1967-2003 nilai investasi PMDN 2.641.551.381.000 dengan menyerap 50.421 Orang pekerja dari 206.151orang pencari kerja di Jambi, angka ini berarti 155.730 orang penganggur terbuka di Jambi, Belum di hitung semi pengangur yang jumlahnya masih banyak di Jambi.
Minimnya lowongan pekerjaan di Jambi yang itu tidak mampu menyerap tenaga kerja yang banyak dan terbatas, apalagi masyarakat Jambi yang mencari kerja berijazah tertinggi SMU.








Tabel 19
Jumlah lowongan kerja yang belum dipenuhi
Yang telah terdaftar di propinsi jambi
1990-2002
Tahun Lowongan yang belum dipenuhi Lowongan yang telah dipenuhi Lowongan yang terdaftar Pencari Kerja Yang Mendaftarkan Diri
1991 407 2999 3357 17.995
1992 1212 3992 5015 16.412
1993 1500 3742 1663 18.261
1994 1351 4112 4495 17.012
1995 582 4121 5331 17.897
1996 1250 4727 5667 20.930
1997 1988 4235 6253 19.302
1998 2519 3605 6124 17.918
1999 816 3383 5687 21.644
2000 338 1522 1389 11.343
2001 411 2187 2558 11.144
2002 1534 1758 2341 16.284
Total 13.908 40.383 49.580 206.151
Sumber: BPS Propinsi Jambi
Dari tabel pencari kerja di atas, dapat diketahui bahwa pencari kerja terendah pada tahun 2001 sebanyak 11.144 orang pencari kerja yang terdaftar di Depnakertran Jambi, sedangkan yang tertinggi pada tahun 1999 sebanyak 21.644 orang. Total pencari kerja di Jambi dari tahun 1991-2002 sebanyak 206.151orang pencari kerja tidak sebanding dengan lowongan yang belum terpenuhi di tahun yang Sama yaitu 13.908, apalagi jika dibanding dengan lowongan yang terdaftar pada dinas tenaga kerja Provinsi Jambi dari tahun 1991-2003 sebanyak 49.580.
Para penganggur terbuka ini adalah pencari kerja yang berkeinginan masuk dalam pasar tenaga kerja dan mereka dalam usia produktif, berusia 15-30 tahun, Para pencari kerja baru ini terdiri dari lulusan SD, SLTP, SLTA, dan yang putus sekolah, bahkan hingga lulusan perguruan tinggi.
Pengangguran terbuka dan setengah terbuka merupakan kontributor utama armada orang-orang miskin yang absolut sifatnya, karena mereka tidak mempunyai penghasilan sama sekali atau penghasilannya sangat rendah sehingga jauh dari mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari Misalnya, mereka hanya makan sekali sehari dengan jumlah kalori di bawah 1.500.
Jumlah pencari kerja yang berijazah SMU, SMP, dan SD yang cukup besar, dibanding dengan pencari kerja yang berijazah D1, DII, DIII dan sarjana terlihat dari tabel di bawah ini, mereka yang berpendidikan yang rendah ini akan mengakibatkan pada rendahnya upah yang akan didapat dan hanya dapat bekerja di lapangan sebagai buruh kasar.

Gambar 5
Banyaknya pencari kerja menurut tingkat pendidikan tahun 2001

Gambar di atas membuktikan bahwa pendidikan tertinggi para pencari kerja di Jambi maksimal SMU, hal ini terinci dari tingkat pendidikan sekolah dasar sebesar 36 %, sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) 3 %, untuk ukuran peluang kerja di saat ini ijazah SMU belum maksimal memenuhi pasar tenaga kerja hanya akan dapat menjadi kuli dan buruh di pabrik-pabrik, akibat rendah pendidikan ini juga akan berpengaruh pada rendahnya nilai tawar upah di pasar kerja, sehingga dalam memenuhi kebutuhan primer dan sekunder cenderung akan kesulitan, kemiskinan baru bagi masyarakat Jambi di tahun-tahun akan datang, dengan semakin meningkatnya kemiskinan dan sulitnya mendapatkan pekerjaan di negeri Jambi.
Sebab selain pola pemberian kerja yang di atur dalam UU tenaga kerja dengan system kontrak limited maksimal 3 tahun, UU ketenagakerjaan ini berakibat nilai tawar pekerja menjadi lemah dalam upaya kenaikan UMR dan tidak adanya kewajiban bagi pengusaha untuk memberi pesangon jika masa waktu kontrak telah out of limit.
Gambar 6
Perbandingan Pencari kerja menurut jenis kelamin dan tingkat pendidikan di Jambi tahun 2001

Secara structural perbandingan pada gambar di atas, antara pencari kerja wanita dan pria di Jambi menurut jenis kelamin dan sesuai dengan tingkat pendidikan, masih didominasi oleh wanita sebagai pencari kerja, sedangkan untuk tingkat sekolah dasar dan sarjana masih didominasi oleh pria, untuk tingkat SLTP, SMU dan diploma di dominasi oleh pencari kerja wanita.
Hal ini berarti pencari kerja wanita lebih dominan di Jambi, sedangkan peluang kerja dan lowongan yang memungkinkan untuk wanita juga tidak terlalu memberikan kesempatan yang bagus tetapi lebih banyak pada sector perniagaan, administrasi Kantor, sekretaris dan marketing. Hal ini dapat terlihat dalam gambar di bawah ini:
Gambar 7
Perbandingan Penempatan kerja menurut jenis kelamin dan tingkat pendidikan di Jambi tahun 2001.

Menurut data BPS Jambi tahun 2002 tentang penempatan pencari kerja di Jambi belum adil gender dan lebih banyak pria yang diterima dan bekerja dalam tahun 2001, sedagkan secara structural penempatan tenaga kerja menurut tingkat pendidikan didominasi pada lulusan diploma satu yang ahli di bidang komputer dan administrasi Kantor.






Tabel 22
Banyaknya pencari kerja yang belum berpengalaman
Tahun 1997-2001
Tingkat Pendidikan
Educational Status Yang terdaftar
Yang ditempatkan

Pria
Wanita
Jumlah
Pria Wanita Jumlah
2001 6.489 4.655 11.144 1.519 668 2.187
2000
1999
1998
1997 6 761
12 107
10 262
11 142 4 582
9 537
7 656
8 160 11 343
21 644
17 918
19 302 1 031
2 313
2 513
3 175 491
1 070
1 324
1 159 1 522
3 383
3 837
4 244
Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Jambi
Peluang kerja sectoral di Jambi memang masih didominasi pada sector industri dan untuk masa datang pun peluang kerja akan meningkat pada sector ini. Jika perluasan peluang kerja belum dapat dioptimalkan maka pengangguran akan terus meningkat yang hal ini berbanding terbalik dengan peluang kerja di Jambi. Tabel berikut akan memberikan peta dan trend pertumbuhan peluang kerja dan pencari kerja di Jambi dari tahun 1997-2001.
Tabel 23
Pertumbuhan pencari kerja dan lowongan di jambi
1995-2001 dalam persen
Tahun

(1) Pencari kerja dalam Persen (%)
(2) Lowongan yang belum ditempatkan.
Persen (%)
(3)
1995-1996 -0,05 1,15
1996-1997 0,026 1,8
1997-1998 -0,18 3,13
1998-1999 0,15 -0,73
1999-2000 0,08 -0,58
2000-2001 -0,175 0,21

Pertumbuhan negatif pencari kerja di Jambi memberi peluang untuk menambah peluang kerja yang semakin menunjukkan trend positif, namun perbandingan antara banyaknya pencari kerja dan lowongan yang ada sangatlah jauh sebab pencari kerja di Jambi tahun 1995-2001 telah mencapai 260 ribu orang dengan lowongan yang sangat minim hanya 7838 lowongan.
Keseriusan Pemerintah Daerah dan management investasi yang berorientasi pada kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Jambi masa depan sangat diharapkan, kebijakan-kebijakan yang diambilpun lebih mengkedepankan pemenuhan hajat hidup orang banyak, bukan pada pertumbuhan yang lebih bersifat elitis dan aktivitas ekonomi masyarakat belum juga tentu mampu menciptakan lapangan kerja baru bagi ribuan pencari kerja yang sekarang masih menganggur di Jambi.
Menurunnnya investasi asing di Jambi bukan hanya disebabkan masih minimnya kepercayaan investor terhadap Jambi, namun lebih pada investasi apa yang memiliki prospek yang besar bagi pengembangan usaha di Jambi, sarana, prasarana serta budaya usaha yang mungkin harus terus direformasi sebab masyarakat Jambi lebih tertarik pada sector-sektor formal dibanding sector informal.
Peningkatan kontribusi sektor pertanian telah menjadi nilai tambah tenaga kerja pada sektor tersebut, sebab pada tahun 2002 tenaga kerja yang terserap sebanyak 621.315 orang naik menjadi 687.536 orang atau 10,66 persen. Kenaikan ini sangat ditopang oleh perluasan sektor perkebunan; sedangkan tenaga kerja di sektor industri menurun dari 61.409 orang tahun 2002 menjadi 57.989 orang tahun 2003 atau 5,9 persen. Penurunan ini terindikasi dari meningkatnya industri yang bersifat capital-intensive, semakin menurunnya kegiatan industri perkayuan, terutama industri yang menggunakan sumber kayu illegal, dan terjadinya pergeseran tenaga kerja industri illegal kembali ke sektor pertanian.
D. Investasi Dan Kesempatan Kerja Di Jambi.
Dalam pembahasan ini diurai beberapa pendapat penulis, yang pendapat itu dihasilkan dari penelitian dan pengamatan atas kondisi dan situasi sosial-politik yang terjadi di Jambi dengan melakukan beberapa tahapan yang terpenting untuk mengembangkan prespektif ekonomi Islam tentang kebijakan investasi dan pengentasan pengangguran di Jambi.
Berangkat dari teori yang dibangun dalam penelitian ini bahwa pertama, investasi dalam Islam tanpa riba (bunga) maka arah pertama dari kebijakan investasi itu adalah menghilangkan riba dalam semua aspek investasi yang tentu hal ini terkait erat dengan system perbankan yang masih mengunakan system dan sarana konvensional.
Kedua, Komoditi utama investasi juga harus berdasarkan komoditi yang halal dan toyib dan ketiga, dilarangnya investasi yang berspekulasi, gharar dan ijon misalkan investasi dunia hiburan malam, prostitusi, perdagangan wanita dan anak, persenjataan nuklir yang dapat berakibat kerusakan di muka bumi, juga harus ditinggalkan.
Oleh karena itu, hasil prediksi yang didapat, harus digunakan untuk merumuskan kebijakan investasi dalam kerangka pemenuhan hajat-hajat masyarakat Jambi, baik yang bersifat tahsiniyat, hajiyat dan dhoruriyat, karena kecendrungan penambahan nilai investasi terjadi dalam 10 tahun akan datang, gambarannya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:








Tabel
Perkiraan Investasi PMDN, PMA, Tenaga Kerja yang terserap
Tenaga kerja yang mendaftarkan diri dan lowongan yang tersedia
tahun 2005-2010 di Jambi
PREDIKSI 2005 2010
Nilai investasi PMDN 144,29 dalam milyar 159,39 dalam milyar
Tenaga kerja yang terserap oleh Investasi PMDN 1392 orang 1664 orang
Nilai investasi PMA 75,35 dalam milyar 87,85 dalam milyar
Tenaga kerja yang terserap pada investasi PMA 381orang 1023 orang
Pencari Kerja yang akan terdaftar 26.407 orang 31.041 orang
Lowongan Kerja yang akan terdaftar 3480 buah 3000

Dari tabel di atas, prediksi investasi dan pengangguran di Jambi, mendapatkan beberapa kesimpulan umum yaitu ada beberapa factor tidak berjalannya peningkatan investasi juga akan mempengaruhi pada penambahan peluang kerja dan mengurangi pengangguran di Jambi:
1. Investasi dalam sektor industri dan konglomerasi besar, terkait dengan monopolistik investasi dan belum terbukanya akses bagi masyarakat untuk secara kolektif mengelola dana investasi, hal ini terkait dengan belum adanya upaya untuk membentuk perserikatan yang adil dalam mengelola dana investasi.
2. Belum optimalnya kebijakan pemerintah daerah dalam hal ini membuka akses yang besar dalam mengelola dana investasi bagi UKM dan IKM di Jambi yang mengarah pada kepentingan pengembangan ekonomi kerakyatan. Tentu hal ini tidak akan meluaskan industri-industri kecil yang padat karya, komposisi atau paduan output sangat mempengaruhi jangkauan kesempatan kerja (terutama barang-barang konsumsi pokok) membutuhkan lebih banyak tenaga kerja.
3. Investasi hanya mengarah pada bagian timur jambi seperti beberapa kabupaten yang dengan pusat ibukota dan belum merambah merata di kesemua dareah tingkat dua, kondisi ini melahirkan monopoli baru dan masyarakat di bagian barat provinsi Jambi cenderung diabaikan, sehingga terjadi akselerasi urbanisasi di Propinsi Jambi. Kondisi ini berakibat tidak seimbangnya ekonomi kota-desa, kesimbangan ekonomi yang layak bagi kota dan desa juga tidak tercipta, strategi ini cukup penting untuk menanggulagi masalah pengangguran di pedesaan maupun di perkotaan.
4. Belum berubahnya keterkaitan langsung antara pendidikan dan kesempatan kerja, munculnya penomena pengangguran berpendidikan mengundang pertanyaan tentang kelayakan pengembangan pendidikan secara besar-besaran dan kelewat batas.
5. Dari sisi eksternal menunjukkan pengembangan investasi masih dihadapkan pada beberapa kendala, kendala tersebut berasal dari pihak pemerintah selaku pemilik otoritas birokrasi dan penyedia sarana dan prasarana pendukung investasi. Disamping itu juga berperan sebagai penyedia informasi dan promotor dalam mempromosikan potensi daerah untuk menarik minat investor melalui kebijakan yang kompetitif.
Berdasarkan hasil pengamatan maka didapati 3 kendala yang dihadapi pihak calon investor untuk tertarik dan melakukan investasi, ketiga kendala tersebut meliputi infrastruktur, birokrasi beserta peraturan, informasi dan promosi, Kendala-kendala yang dimaksud deskripsi lebih rincinya dimuat dalam tabel berikut.


Tabel
NO KENDALA DESKRIPSI
1 Kondisi infra struktur belum mendukung i. kondisi jalan belum baik.
ii. Energi lsitrik masih belum mencukupi.
iii. Pelabuhan laut dan udara masih terbatas.
2 Birokrasi dan peraturan daerah masih menghambat a. administrasi perizinan kurang koordinasi antar pemerintah kabupaten dan pemerintah provinsi.
b. Didapati 44 Perda kabupaten/kota yang menghambat dari 147 Perda yang ada.
3. Promosi belum mendukung a. Informasi untuk investasi lebih dominan pada agribisnis.
b. Promosi lebih dominan oleh pemerintah dan swasta kurang proaktif.
c. Tidak ada insentif khusus yang dapat menarik minat investor.

Dari tabel di atas dapat dibuat cara mengatasi kendala-kendala yang dihadapi pihak calon investasi dan meningkatkan minat calon investasi untuk berinvestasi maka diperlukan kebijakan pengembangan, kebijakan tersebut harus dapat meniadakan kendala eksternal yang dihadapi calon investor.
Fokus dari kebijakan pengembangan adalah menyiapkan infrastruktur, menyederhanakan birokrasi dan peraturan, meningkatkan pelayanan informasi dan promosi, untuk berhasilnya kebijakan pengembangan investasi yang bersifat proaktif, secara lebih detail rumusan kebijakan pengembangan disajikan pada tabel di bawah ini:


Tabel 34
NO KEBIJAKAN FOKUS
1 Penyiapan infra struktur yang mendukung a. Perbaikan dan pembangunan jalan darat khsusnya pada daerah yang potensial.
b. Pembangunan sumber energi alternatif yang dapat menjamin kelestarian energi.
c. Pembangunan pelabuhan laut dan udara yang siap mendukung mobilitas arus barang.
2 Penyederhanaan birokrasi dan peniadaan peraturan daerah yang menghambat. a. Penyediaan pelayanan birokrasi ssatu atap dan waktu pelayanan yang singkat.
b. Membatalkan peraturan daerah kabupaten / kota yang menghambat dan mengurangi minat investor melakukan investasi di daerah.
c. Pemberian insentif khusus bagi investor yang berminat dan potensial.
3 Peningkatan system informasi dan promosi yang mendukung A. Peningkatan data base untuk potensi investasi non agribisnis.
B. Peningkatan proaktif pihak swasta beserta institusinya dalam promosi dan lobby.

Kesimpulan umum di atas digunakan dalam merumuskan kebijakan investasi dan pengentasan pengangguran di Jambi, di antaranya adalah reformasi model pendidikan karena Pendidikan memang diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas, jika tidak, maka sektor ini juga akan menyumbang pada terjadinya pengangguran, ada paling tidak tiga model perencanaan di bidang pendidikan dikaitkan dengan kemanfaatannya sebagaimana dikembangkan dari pemikiran Umar Juaro (2003):
1. Pendidikan direncanakan atas dasar social demand approach, dalam pendekatan ini program pendidikan memang dibuat atas dasar permintaan yang ada di dalam masyarakat, hasil pendidikan yang mereka peroleh akan mampu menolong diri mereka sendiri ketika menghadapi persoalan pengangguran.
2. Model perencanaan pendidikan yang kedua economic return approach, dalam pendekatan ini pendidikan dapat dianalogikan dengan proses produksi. Dengan menghitung berbagai ongkos yang terlibat dalam program pendidikan (input-proses-produk) dan kemudian melihat produktivitas para lulusan, maka dapat dikatakan apakah sebuah program pendidikan akan hanya berkontribusi pada penganggur atau memang mampu menghasilkan sumber daya manusia yang benar-benar memiliki dampak ekonomi secara positif. Dalam model ini pendidikan memang harus bisa menjaga relevansi dan akuntabilitas program yang ditawarkan. Ketika para lulusan tidak bisa berperan dalam dunia kerja yang biasanya ditandai dari rendahnya gaji mereka, atau bahkan tidak bisa mendapatkan pekerjaan, maka pendidikan yang sedang dilakukan oleh lembaga pendidikan tersebut dapat dikatakan gagal, dan dengan demikian hanya akan berkontribusi pada semakin banyaknya penganggur. Justifikasi ini memang tidak mudah dilakukan, Karena untuk melakukan standardisasi lulusan memang tidak mudah, Dengan guru/dosen, sarana-prasarana, dan kurikulum yang sama, bisa menghasilkan kualitas lulusan yang berbeda-beda dilihat dari produktivitas mereka di dalam masyarakat setelah mereka lulus. Saat ini banyak program pendidikan yang tidak mampu memberikan keuntungan ekonomik bagi upaya investasi yang telah dilakukan oleh penyelenggaranya, lulusan yang tidak memiliki produktivitas tentu akan berkontribusi pada penganggur.
3. Pendekatan perencanaan pendidikan yang ketiga, dapat dilakukan dengan menggunakan Employment Generation Approach, dengan pendekatan ini diharapkan memang pendidikan tidak akan berkontribusi pada terjadinya penganggur, program ini hanya dapat dilakukan ketika ada profesionalisme dalam dunia pendidikan, Kompetensi lulusan menjadi lebih penting dari pada sekadar memiliki ijazah, Implikasinya pendidikan harus mampu memberikan pengalaman yang bermakna pada semua peserta didik.

























DAFTAR BACAAN
Depdikbud, Struktur, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penyunting Umi Basirah, dkk, (Jakarta: balai pustaka, 1996) cet ke-6, Edisi kedua
Ia seorang profesor ilmu ekonomi di Nedherlands School of economics sejak 1933, ia telah menjadi penasehat berbagai pemerintah dan organisasi ineternasional menegnai persoalan-persoalan ekonomi, dan ia adalh pemegang gelar kehormatan dari enambelas universitas. Diantara buah karyanya yang banyak anatara lain Economic policy, Principles And Design And Shaping The World Economy. Ia memperoleh Hadiah nobel untuk ilmu ekonomi pada tahun 1969.
Jambi Ekpress tahun mei 2003 hal 3
Jan Tinbergen dkk, Ilmu Ekonomi Di Masa Depan Menuju Paradigma Ilmu, (Jakarta: LP3ES, 1983) hal 48
Jean Piaget, Strukturalism, (New York, Hasrper &Row: Presess Universitaries, 1968) hal. 82

Tidak ada komentar: